Sorghum Economy

Dalam tulisan saya sebelumnya tentang Politik Pangan, saya menggambarkan betapa selama 70 tahun merdeka urusan pangan kita bukan digerakkan untuk kepentingan rakyat pada umumnya – baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi kesehatan. Lantas bagaimana seharusnya urusan pangan ini dikelola ? Minimal harus mempertimbangkan dua hal yaitu dari sisi ekonomi adalah keterjangkauannya bagi rakyat kebanyakan, dan dari sisi kesehatan adalah dampaknya dalam jangka panjang.

 

Yang paling mudah adalah tentu mengurutkan mengikuti petunjukNya seperti di surat ‘Abasa ayat 24-32, ketika kita diperintahkan untuk memperhatikan makanan kita. Bagaimana kalau ayat-ayat ini kita kaitkan dengan pertimbangan ekonomi atau  keterjangakuan dan pertimbangan kesehatan tersebut di atas ?

 

Pertama adalah tentang biji-bijian (QS 80:27), fokusnya adalah pada jumlah – dia kurang lebih seharusnya  hanya 1/8 dari makanan kita – karena ada 8 jenis makanan yang dirangkai di ayat-ayat ini, yaitu 1) biji-bijian, 2) anggur, 3) tanaman bernutrisi tinggi, 4) zaitun, 5) kurma, 6) rempah, 7) buah dan 8) sumber hewani.

 

Setelah menurunkan sumber carbo kita hanya menjadi 1/8 dari makanan kita, maka kita bisa pertajam lebih jauh – biji-bijian apa yang bisa kita tanam di sekitar kita. Kita tentu bisa menanam beras – tetapi lahan untuk sawah ini terbatas. Kita bisa menanam gandum – hanya selama ini kita dibuat ‘salah sangka’ saja sehingga mengira gandum tidak bisa ditanam di negeri ini.

Sorghum Economy
Sorghum Economy

 

Ada unsur biji-bijian yang bernilai tinggi dan terbukti sudah secara luas tumbuh baik di negeri ini yaitu sorghum. Sorghum ini memiliki glycemix index yang rendah, sehingga bagus untuk mengerem laju pertumbuhan penyakit diabetes yang kini sudah menjangkau 6.5 % dari penduduk Indonesia dan akan menjadi 12 % di tahun 2030 bila kita tidak berupaya mengeremnya.

 

Kelompok makanan kita terbanyak yang seharusnya menjadi perhatian adalah meliputi buah, sayur dan rempah – mewakili 6/8 dari jenis makanan kita. Dari kelompok inilah keterjangkuan makanan ini bisa dicapai, karena beraneka buah, sayuran dan rempah bisa tumbuh dengan sangat baiknya di sekitar kita.

 

Tidak ada satu jenis tanaman-pun yang disebut di rangkaian ayat-ayat tersebut yang belum berhasil kita tanam di negeri ini – semua sudah ditanam dan hidup. Tinggal satu yang belum terbukti berbuah yaitu zaitun, tetapi memang di A-Qur’an yang disebut keberkahannya adalah pohon zaitun. Dan ini juga sudah terbukti , yaitu melalui daunnya yang kini laris manis diburu orang untuk berbagai jenis obat.

 

Yang terakhir adalah makanan-makanan yang bersumber dari ternak seperti daging dan susu, ini porsinya kurang lebih juga hanya 1/8 dari komposisi makanan kita.

 

Ternak secara umum idealnya diberi makanan dari rerumputan atau digembala – karena inilah yang paling banyak diisyaratkan di Al-Qur’an termasuk di rangkian ayat tersebut di atas (QS 80:31).

 

Namun juga dimungkinkan kita menanam secara khusus tanaman semusim yang utamanya untuk ternak dan kemudian untuk manusia. Diantaranya adalah tanaman jagung, dan kemudian saya juga menemukan tanaman yang sangat fit untuk ini yaitu sorghum tersebut di atas.

 

Sorghum bisa menghasilkan biomassa yang sangat banyak, sehingga dia cocok untuk memberi makan ternak kita. Selain itu biji sorghum juga memiliki nilai protein tinggi sehingga di sejumlah negara Afrika dan Asia Tengah menjadi salah satu bahan pangan utama. Maka sorghum ini bisa menjadi satu ecosystem tersendiri, biomassanya untuk pakan ternak, kotoran ternaknya dikembalikan untuk menanam sorghum, daging ternak dan biji sorghumnya – plus tentu perbanyak buah, sayur dan rempah –  akan menjadi pasangan yang komplit dan ideal di meja makan kita !

 

Maka inilah solusi yang saya tawarkan – untuk menjawab kritik terhadap tulisan saya sebelumnya tentang Politik Pangan yang oleh teman-teman saya dianggap OMDO alias omong doang. Bahwa jawaban dari Al-Qur’an itu bener-bener ada dan bener-bener bisa dilakukan di bumi kita ini, untuk meluruskan strategi pangan bagi bangsa ini. InsyaAllah.

 

Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Founder)

(Visited 91 times, 1 visits today)

2 thoughts to “Sorghum Economy”

  1. Saya juga punya impian dan cita cita untuk membumikan budidaya sorgum di indonesia tercinta ini. Mari bersama kita wujudkan tanaman sorgum bisa berkembang di negara indonesia.

Leave a Reply to heldes Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *