Seeds of Life

Dalam memenuhi undangan sekelompok petani organic di Jepang agar iGrow masuk pasar ini, kami bersyukur bisa belajar dari tangan pertama para ahlinya – para praktisi pertanian organic di negeri yang standar organic-nya tertinggi. Sebagai exchange dari system iGrow yang akan digunakan oleh petani organic tersebut, kita bisa belajar ilmu apa saja yang mereka miliki untuk mengembangkan system organic kita sendiri. 

 

Ada satu hal yang menurut saya segera bisa menjadi oleh-oleh setelah blusukan di sejumlah daerah pertanian organic di Jepang, yaitu perlunya kita segera mengamankan benih-benih tanaman asli yang kita miliki – sebelum benih-benih tersebut keburu rusak atau sengaja dirusak oleh kapitalisme benih global.

 

Di Kochi Prefecture – satu jam penerbangan ke arah barat daya Tokyo – misalnya, ada dialog yang menarik dengan petani setempat yang usianya sudah di atas 70 tahun. Intinya dia menyampaikan , “… saya hidup mungkin tidak lebih dari 15 tahun lagi – karena rata-rata orang Jepang meninggal di kisaran usia 85-an – maka di sisa usia saya ini, saya ingin mengamankan benih-benih yang saya tanam untuk diteruskan oleh anak saya ….” . Kemudian dia menutup kata-katanya ini dengan nada kesedihan “…semoga saja dia mau…”.

 

Ini adalah kesedihan yang common yang dialami oleh petani Jepang yang usia rata-ratanya di kisaran 60-70 tahun-an. Amat sangat sedikit generasi muda Jepang yang mau meneruskan pekerjaan yang ditekuni oleh orang tuanya dari generasi-generasi sebelumnya yang sudah ratusan tahun meneruskan benih-benih yang mereka tanam dari satu generasi ke generasi berikutnya.

 

Karena tradisi menjaga benih ini misalnya, di pasar tradisionil setempat saya masih bisa menemukan jenis jagung yang sudah musnah di seluruh bagian dunia yang lain – jenis jagung yang gen aslinya masih terjaga sama dengan jagung yang ditanam sekitar 8 abad yang lalu !

 

Demikian pula dengan padi dan gandum, di daerah ini mereka bisa bertanam padi dan gandum secara bergantian sepanjang waktu. Selesai menanam padi mereka menanam gandum, selesai menanam gandum mereka menanam padi. Dan diantara padi dan gandum yang ditanam, juga masih terdapat gandum yang gen-nya terjaga keasliannya selama ratusan tahun – dengan cara seperti yang dilakukan petani tua tadi, satu generasi menjaganya – untuk diteruskan ke generasi berikutnya.

 

Pelajarannya pentingnya adalah, siapa yang peduli menjaga benih ini di negeri kita ? Apakah kita masih punya benih-benih asli dari padi, jagung, kedelai dlsb. yang dahulu secara turun temurun mestinya juga dimiliki dan dijaga oleh kakek-nenek moyang kita ? Barangkali kita memang sangat berbeda dengen petani tua yang saya temui tersebut – kesedihan-pun kita sudah tidak lagi punya – bahwa kita kehilangan generasi yang menjaga benih-benih ini.

 

Dan bukan hanya benih tanaman-tanaman utama seperti padi, gandum, jagung dlsb. yang perlu dijaga. Ada gerakan diantara mereka yang sangat concern terhadap terjaganya benih-benih tersebut di Jepang dengan apa yang mereka sebut Seeds of Life, menjaga benih untuk kehidupan itu sendiri. Yang diamankan adalah segala jenis benih tanaman yang masih tersisa untuk diamankan.

 

Diantaranya adalah tanaman yang kita mulai juga mengenalnya dari mereka – yaitu tanaman Okra dan Ashitaba, keduanya masuk kategori sayuran – keduanya menjadi sangat popular karena khasiatnya untuk menjaga kesehatan. Konon kata mereka karena mengkonsumsi tanaman-tanaman inilah antara lain yang membuat rata-rata usia orang jepang jauh lebih panjang dari usia orang-orang di negeri lainnya.

 

Yang secara khusus menarik saya adalah tanaman seperti Okra (Abelmoschus esculantus) tersebut sesungguhnya memiliki saudara kembar di Indonesia, yaitu tanaman yang di Jawa disebut Kapasan atau Kakapasan ( Abelmoschus moschatus) – yang karena mungkin tidak banyak yang menghargai nilainya sehingga masih banyak dianggap sebagai tanaman liar hingga kini.

 

Okra _ Kapasan
Kapasan (Jawa-Atas) vs. Okra (Jepang- Bawah)

 

Padahal tanaman dengan membawa nama …moschus  atau dalam bahasa Inggris-nya musk ini membawa kharakter minyak misik atau kesturi – artinya menghasilkan aroma minyak kesturi, menggantikan minyak kesturi asli dari kelenjar kijang Jantan yang sudah sangat langka. Di pasaran bahan baku parfum dan aroma therapy dikenal apa yang disebut Ambrette Seed Oils, ini adalah essential oils atau minyak atsiri yang disuling dari biji kering Abelmoschus tersebut.

 

Ini termasuk jenis essential oils yang juga masih sangat mahal meskipun tidak semahal musk yang dari binatang kalau masih ada – yang karena mahalnyalah kemudian industri parfum dunia membuat tiruannya dari bahan kimia. Hampir seluruh industri parfum dunia, menggunakan bahan kimia yang disebut white musk bila mereka ingin menghadirkan aroma kesturi di produk minyak wanginya.

 

Tetapi trend itu kini sedang berubah, ada gerakan kembali ke alam yang luar biasa animonya di Jepang – ini juga yang membuat alasan mereka mengundang saya datang ke sini. Salah satu perminataan mereka untuk iGrow di Jepang adalah menunjang pengembangan massal tanaman seperti Okra, Ashitaba, Gandum dan Juga Zaitun organic  – agar bisa kembali tersedia untuk masyarakat luas yang membutuhkan tanaman-tanaman dengan genetic asli tersebut.

 

Bukan hanya untuk bahan pangan pokok (untuk gandum) dan  sayuran yang sangat sehat ( untuk Okra dan Ashitaba),  mereka juga tertarik untuk mengembangkan Okra dan Ashitaba untuk bahan minyak atsiri sebagai bahan baku utama wellness industry. Bocorannya adalah bila diantara teman-teman ada yang bisa menanam kapasan banyak-banyak, itu akan menjadi tanaman bernilai tinggi dalam waktu dekat – karena demandnya akan menjadi sangat besar baik di Indonesia sendiri ataupun utuk pasar ekspor, karena yang diproduksi di Jepang pasti tidak cukup karena keterbatasan lahan.

 

Lebih jauh kesepakatan ini juga akan melahirkan pendidikan dan pelatihan bersama untuk menghasilkan apa yang mereka usulkan sebagai para artisan baik dari sisi pertanian organiknya maupun produk akhirnya. Lulusan pelatihan pertanian ini di Jepang nantinya tidak disebut sebagai petani tetapi Artisan di bidang pertanian.

 

Apa bedanya ? bila disebut sebagai petani – anak-anak muda memandangnya sebagai pekerjaan yang berat, kuno, dlsb sehingga amat-amat sulit memperoleh generasi muda pertanian – sampai menimbulkan kesedihan-kesedihan tersebut di atas. Sedangkan artisan adalah orang yang melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati, dengan karya seni (art) yang tinggi – sehingga kelak mereka juga dapat menghasilkan karya-karya yang bernilai tinggi.

 

Minimal ada dua bidang pendidikan/pelatihan yang sudah kita sepakati yaitu yang pertama Organic School – untuk melatih para calon artisan pertanian organic. Dan yang kedua yang kita sebut Scent School – untuk melatih para calon artisan di bidang Perfumery, Aroma Therapy dan wellness industry secara umum.

 

Melalui kerjasama pelatihan ini nantinya standar pelatihan Organic Farming kita (seperti yang sudah kita perkenalkan sebelumnya dengan nama Integrated Organic Farming – IOF,  dan Urban farming – UF)  akan sama dengan strandar Organic Farming yang dilakukan di Jepang. Demikian pula dengan pelatihan Natural Perfumer kita seperti yang akan kita lakukan dalam Huurun Project, akan memiliki standar yang sama dengan yang mereka siapkan.

 

Ada pekerjaan-pekerjaan besar kedepan yang masih harus secara terus menerus diformulasikan detilnya, tetapi yang jelas harus sudah bisa dimulai somewhere – dan itu yang kita sepakati adalah dengan mulai mengamankan sebanyak mungkin tanaman-tanaman asli kita – agar kita kembali memiliki benih-benih kehidupan yang lebih baik untuk generasi yang akan datang – seeds of life ! InsyaAllah.

 

Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)

(Visited 192 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *