Tanpa disadari begitu banyak masalah di dunia ini yang disebabkan oleh karena makanan yang salah  baik dari jenis maupun cara pengelolaannya. Dari masalah tingginya biaya kesehatan, diabetis, penyakit-penyakit cardiovascular, children obesity sampai krisis air, dan bahkan krisis politik. Krisis melonjaknya biaya bahan pangan tahun 2008 bahkan mentrigger sejumlah perubahan politik besar di dunia mulai dari Haiti, Bangladesh sampai Mesir. Di sejumlah negara tersebut gandum sempat mengalami kenaikan harga sampai 130 %, kedelai 87 %, beras 74 % dan jagung 31 %.
Lonjakan-lonjakan harga bahan pangan seperti ini tidak hanya sekali pada tahun 2008 tersebut, bisa terulang kapan saja bila salah satu triggernya muncul. Baik trigger yang sifatnya alam seperti kekeringan, angin topan dan gejala perubahan iklim maupun yang sifatnya man-made seprti kebijakan politik ekonomi yang salah, perang dan lain sebagainya.
Yang menjadi trigger dari krisis pangan bisa beraneka hal, tetapi itu semua sebenarnya hanya menguatkan symptoms atau gejala dari suatu penyakit. Penyakit yang sesungguhnya adalah karena kesalahan makanan baik jenis maupun cara pengelolaannya – seperti yang saya sampaikan di awal tulisan ini.
Dari sisi jenis dapat dilihat di komoditi yang melonjak harganya di tahun 2008 tersebut yaitu gandum, kedelai, beras dan jagung. Apa salahnya ? manusia di seluruh bumi tergantung begitu banyak pada jenis makanan biji-bijian ini. Bila saja pada tahun tersebut manusia sudah sangat terbiasa dengan makanan utama dari jenis buah dan sayur, krisis dan huru hara politik seperti 2008 bisa saja dihindari.
Berbeda dengan jenis biji-bijian yang pada umumnya dikelola dengan skala ekonomi tertentu – semakin besar semakin efesien katanya, buah dan sayur bisa ditanam dalam skala berapa saja bahkan disekitar rumah kita – kecil kemungkinannya untuk sampai terjadi krisis.
Pengelolaan bahan pangan secara konglomerasi di dunia-lah yang menimbulkan berbagai (potensi) krisis semacam ini karena kendali supply bahan pangan tergantung hanya pada segelintir pihak yang penuh kepentingan. Konsentrasi pengendalian bahan pangan dunia itu kini begitu mencengangkan.
Dalam bukunya The Urban Food Revolution (New Society Publisher, 2011) Peter Ladner mengungkapkan datanya bahwa hanya ada 5 perusahaan yang mengendalikan 90% perdagangan biji-bijian di dunia. Di Amerika seluruh kendali supply daging dikendalikan oleh hanya 4 perusahaan. Satu perusahaan saja di Amerika ada yang mengendalikan 85 % luasan tanaman jagung negeri itu, dan sederet fakta lainnya.
Di Indonesia Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) saat ini sedang menangani dugaan kartel yang dilakukan oleh 12 perusahaan peternakan ayam terkait dengan penguasaan perdagangan daging ayam mereka. Indikasi yang sama pernah disinyalir KPPU terhadap perdagangan terigu beberapa tahun lalu, tetapi entah sampai mana ujung pneyelidikannya saat ini.
Ini semua mengisyaratkan adanya sesuatu yang salah dalam makanan kita dan cara pengelolaannya – yang harus diperbaiki. Di Amerika Serikat bahkan gerakan memperbaiki makanan ini antara lain digerakkan oleh ibu negaranya dengan program yang disebut Let’s Move Salad Bar To School. Selain berupaya merubah pola makan anak sejak usia muda, gerakan ini juga untuk menekan meledaknya gejala children obesity – kegemukan pada anak – gara-gara salah pola makan.
Lantas bagaimana kita bisa ikut memperbaiki pola makan, dan cara pengelolaan sumber-sumber pangan sekaligus mencegah krisis multi dimensi yang disebabkan oleh makanan ini ? Beruntunglah umat ini karena petunjuk lengkap tentang seluk beluk makanan mulai dari jenis sampai cara pengelolaannya ada di kitab Al-Qur’an yang menjadi pegangan kita dan juga contoh-contoh langsung dari uswatun hasanah kita.
Komposisi makanan kita yang ideal misalnya , disebutkan dalam suatu rangkain yang lengkap mulai dari biji-bijian, anggur dan sayuran bergizi tinggi, zaitun dan kurma, tanaman-tanaman yang ditanam di kebun yang lebat, buah-buahan dan rerumputan – buahnya untuk manusia, rumputnya untuk ternak – yang ujungnya juga untuk kita. (QS 80:27-32)
Perhatikan polanya bahwa biji-bijian memang salah satu makanan utama kita – tetapi kita tidak bergantung pada biji-bijian – sangat banyak bahan makanan lain terutama buah dan sayuran yang bisa tumbuh di sekitar kita. Demikian pula daging, memang diisyaratkan itu juga bagian dari makana kita, tetapi lagi-lagi kalau tidak bisa menjangkau makanan dari daging juga tidak mengapa karena protein dan lemak yang biasanya diisi oleh daging dengan mudah bisa digantikan oleh bahan pangan lainnya.
Bukan hanya jenis-nya, kita juga diajari untuk menghindari konglomerasi pengelolaan sumber daya alam seperti untuk produksi pangan ini. Cara Allah mengajari kita tentang masalah ini adalah melalui cerita bangsa Tsamud yang dengan segelintir orangnya – sembilan orang berbuat kerusakan di muka bumi.
“Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.†(QS 27:48)
Lebih jauh dari itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi petunjuk detilnya – yaitu umat ini harusnya bersyirkah dalam tiga hal yaitu lahan ( untuk produksi pangan) , air dan api (energi).
Bila saja kita mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut, maka insyaAllah kita akan bisa menjaga kesinambungan supply bahan pangan bukan hanya untuk kita yang hidup saat ini tetapi juga untuk generasi-generasi keturunan kita ke depan. Bukan hanya cukup makan, kita juga akan bisa menjaga tiga keseimbangan di alam.
Tiga keseimbangan itu adalah manusia, makanan dan alam. Bila manusia makan-makanan yang baik, alam akan terjaga. Bila alam terjaga, keberadaan manusia juga akan terjaga. Sebaliknya bila manusia salah makan, maka alam-pun dirusaknya – dan dengan kerusakan alam ini keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi ikut terganggu.
Maka tidak heran para Rasul-pun diperintahkan untuk makan yang baik dahulu sebelum diperintahkan untuk beramal shaleh, mengajak manusia ke jalan yang benar.
“Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.†(QS 23:51).
Nah kalau Michelle Obama saja bisa menyadari perlunya membetulkan pola makan sejak dini pada anak-anak, mengapa kita yang diberi petunjuk olehNya tidak berbuat sesuatu untuk perbaikan yang sangat dibutuhkan ini? InsyaAllah.
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)