Peluang Profesi Baru Bernama Petani Urban

Bila Anda seorang pemula yang mencari jalur karier yang tidak biasa,  atau eksekutif puncak – yang sudah mentok dengan karir Anda saat ini – dan sedang mencari jalan untuk sukses kedua Anda,  maka perlu Anda pertimbangkan jenis karir baru yang satu ini – yaitu untuk menjadi professional di bidang Urban Farming. Mengapa ini akan menjadi semakin menarik di beberapa tahun kedepan ? Karena Petani Urban  akan bisa mengubah liabilities menjadi asset, mengubah yang biasa menjadi luar biasa dan bahkan merintis jalan Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur. Bagaimana caranya ?

Untuk memahami secara sederhana peluang itu, berjalanlah keliling kota dan saksikan apa yang terjadi di pekarangan-pekarangan orang kaya maupun di halaman kantor-kantor, di  pinggir-pinggir jalan komplek perumahan mewah – apa yang dilakukan orang terhadap rumput-rumput mereka ?

Mereka bersusah-payah menanam rumput, menghabiskan begitu banyak sumber daya air dan tenaga manusia. Kemudian ketika rumput yang ditanam tersebut bener-bener tumbuh dengan cepat – apa yang terjadi ? Menjadi liability – yaitu beban – rumput yang harus dipotong. Diperlukan lagi tenaga kerja untuk memotongnya, dan bahkan untuk membuangnya-pun akan perlu biaya lagi – dari satu liability menghasilkan liability berikutnya.

urban_farmer_can_do
Perubahan yang akan terjadi melalui Urban Farming

 Bayangkan sebaliknya, bila saja lahan-lahan terbuka tersebut ditanami sayur-sayuran yang indah dan berwarna-warni. Memang perlu tenaga dan biaya untuk menanamnya, tetapi ketika benar-benar tumbuh dengan cepat – maka itulah yang ditunggu-tunggu para petani, yaitu musim panen tiba. Panenannya berupa asset, ketika dilepas/dijual menghasilkan income.

Lantas perhatikan pula apa yang terjadi di industri kuliner baik restaurant, hotel dan bahkan juga rumah tangga. Apa yang terjadi dengan sampah organik mereka ? Liability besar hanya untuk membuangnya.

Padahal sampah-sampah organik ini bila ditangani dengan baik dapat menjadi sumber mineral yang sangat lengkap, yang dibutuhkan tanah untuk menjaga kesuburannya. Bayangkan bila asset alam yang berharga ini hanya dibakar di tempat-tempat pembakaran sampah, atau ditumpuk di tempat pembuangan akhir – alam kita menjadi merana, karena apa yang ditarik keluar berupa hasil panen – tidak dikembalikan lagi secara semestinya.

Satu lagi contoh kasus yang Anda bisa saksikan di sepanjang jalan-jalan perkotaan kita sampai ke komplek-komplek perumahan. Apa yang  ditanam masyarakat pada umumnya ? pohon-pohon penghijauan ? Inilah yang biasa.

Bagaimana mengubah yang biasa ini menjadi yang luar biasa ? Bayangkan kalau ada yang berinisiatif menanam aneka pohon buah-buahan yang berwarna-warni dan beraneka ragam rasa buahnya, pasti ini akan menjadi luar biasa. Perumahan yang menanamnya akan pula menjadi perumahan yang luar biasa, kota yang menanamnya akan menjadi kota yang luar biasa.

Bahkan negeri yang melakukannya, berpeluang menjadi negeri dua kebun – kemana saja yang dilihatnya kebun, yang memberi makan penduduknya – yang kemudian Allah sendiri yang memberi nama negeri yang baik dan Allah Maha Pengampun – Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur (QS 34:15).

Bisa jadi pemilik-pemilik lahan tersebut adalah orang-orang kaya, institusi-institusi raksasa yang tidak memerlukan uang receh dari hasil panen sayur atau buah-buahan ini. Tetapi tidakkah mereka ingin bersedekah ? Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Tidaklah seorang muslimpun yang bercocok tanaman atau menanam suatu tanaman lalu tanaman itu dimakan burung atau manusia atau hewan melainkan itu menjadi shadaqah baginya”. ( Shahih Bukhari)

Tidakkah para pemilik lahan-lahan tersebut ingin berkontribusi menjadikan negeri ini negeri Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur ? Di dunia mereka bisa mengurangi liabilitynya menjadi asset produktif. Di akhirat mereka bisa pindah dari golongan yang ditanya menjadi golongan yang bertanya.

Sangat bisa jadi yang ditanam para petani kota tidak pernah bisa mencukupi kebutuhan pangan orang kota itu sendiri, tetapi gerakan menanam makanan untuk menuju Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur tetap harus dimulai di kota. Mengapa ? karena perubahan selalu datang dari kota. Masyarakat desa meniru orang kota, bukan sebaliknya.

Bila orang-orang kotanya hedonis dan dipertontonkan dimedia setiap saat, maka inilah yang disaksikan oleh orang-orang desa dan merekapun menirunya. Inipula mengapa anak-anak petani dari desa selalu ingin pergi ke kota dan tidak lagi tertarik untuk meneruskan profesi oran tuanya.

Memang ada kendala selama ini bahwa bahkan pemilik tanah-tanah di kota yang nganggur saja tidak ingin mengijinkan orang lain menggarapnya. Apa mungkin mereka akan mengijikan lahannya untuk digarap para Petani Urban ini nantinya ?, bila akadnya jelas, spesifikasi pekerjaannya jelas, batas waktunya jelas, dan hak serta kewajibannya juga jelas – maka mestinya akan ada jalan bagi para Petani Urban untuk menggarap lahan-lahan perkotaan yang saat ini menjadi liability bagi para pemiliknya.

Yang diperlukan hanyalah beberapa contoh yang berhasil, maka nanti masyarakat luas akan mengikutinya. Dan bagi yang bisa membuat contoh-contoh ini – merekalah yang bisa menaklukkan tantangannnya – maka mereka pulalah yang akan bisa menangkap peluang besar yang akan mengikutinya.

Mengapa menjadi Petani Urban – yang akan mengubah liability menjadi asset, dan mengubah yang biasa menjadi luar biasa ini peluang yang sama antara para pemula dengan orang-orang yang sudah berada di puncak karir ? Ya karena menjadi Petani Urban bisa mulai dari tingkat apa saja.

Bila Anda Sarjana baru yang ingin merintis karir di bidang ini misalnya, karena koneksi Anda yang masih terbatas – bisa saja Anda mulai dari ukuran kecil-kecilan di tanah-tanah kosong yang ada di sekitar Anda.

Bila Anda seorang eksekutif puncak yang memiliki jaringan luas, Anda bisa bicara dengan para walikota dan gubernur – untuk bisa mengubah setiap liability yang ada di kota atau provinsi tersebut mejadi asset produktif yang memberi makan rakyatnya. Untuk mengubah kota yang biasa-biasa saja , menjadi kota yang luar biasa, kemana saja melihat – yang terlihat adalah kebun buah dan sayur sepanjang jalan misalnya.

Sama-sama harus menanam, menyirami dan merawatnya – mengapa tidak menanam buah-buahan dan sayur-mayur yang luar biasa ?

Petunjuk jalan untuk menjadikan negeri ini Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur itu begitu jelas, yaitu mulai menjadikan negeri ini negeri kebun kemana saja kita melihat. Maka inilah peluang karir yang kini terbuka lebar, yaitu karir Petani Urban – yang akan menjadi trend setter dan perintis jalan menuju Baldatun Thayyibatun WaRabbun Ghafuur tersebut.

Sebaliknya, bila kita tetap membiarkan negeri ini hijau tetapi pohon-pohonnya tidak memberikan buah yang enak dimakan – bukankah ini adalah tanda-tanda negeri yang berpaling ? (QS 34:16). Tentu kita tidak ingin negeri ini berlama-lama berada dalam status negeri yang berpaling, maka kegiatan menanam buah dan sayur bahkan di tanah-tanah perkotaan adalah jalan yang harus kita tempuh. InsyaAllah.

 

Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)

(Visited 263 times, 1 visits today)

8 thoughts to “Peluang Profesi Baru Bernama Petani Urban”

  1. asslm. Pak Iqbal, Alhamdulillah pemikiran qt sama. jk tdk kberatan grup apakah yg bs mnjmbatani qt agar bs mnjadikan ini lbih meluas dan qt bs saling mnyatukan tujuan. sy sangat brterimakasih

  2. Saya juga tercenung saban melihat sampah-sampah organik berlimpah di pasar, tradisional Jakarta yang hanya jadi beban.. Gerakan apa yang bisa kita lakukan untuk menggerakkan masyarakat mengolah sampah-sampah itu menjadi kompos dan seterusnya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *