Peluang itu milik orang yang mau dan mampu menaklukkan tantangannya. Salah satu peluang inilah yang kini sedang diupayakan untuk diambil oleh sekitar 1,400-an pelaku dan peminat kebun kurma Indonesia yang bergabung dalam Indonesian Date Palm Association. Tentu tidak mudah bagi generasi pertama petani Kurma Indonesia ini karena harus memulai segala sesuatunya dari awal, namun justru di sinilah letak peluangnya. Bayangkan bila negeri dengan penduduk muslim terbesar dengan tanah yang paling subur ini menanam tanaman buah – yang dijanjikan tidak ada kelaparan dengannya – insyaAllah kita akan bisa menekan angka kelaparan di seluruh dunia.
Tidak mudah bagi para pemula, tetapi segala sesuatu pasti ada awalnya. Setelah kami berusaha mengajak masyarakat menanam kurma dengan membibit sendiri hampir tiga tahun lalu, masalah demi masalah muncul – dan inilah yang harus diatasi satu per satu.
Masalah pertama adalah hambatan psikologis yang ada di masyarakat – yang selalu mengkaitkan kurma ini sebagai tanaman Arab atau tanaman negeri padang pasir. Mental Block ini yang pertama harus ditembus, maka kami memetakan setidaknya masyarakat terbagi tiga dalam melihat pohon kurma ini.
Yang pertama adalah kelompok yang serta merta menolaknya, dari mereka ini ada yang menganggap ini adalah proses arabisasi, ada dari kalangan akademisi yang yakin dengan ilmunya bahwa setiap tanaman ada daerahnya masing-masing – dan kurma bukan untuk daerah kita, dlsb. Untuk kelompok yang pertama ini, kami belum tertarik untuk mengajaknya.
Yang kedua adalah kelompok wait and see, tertarik tetapi belum yakin. Kami berusaha meyakinkannya dengan bukti-bukti konkrit bahwa di Thailand kurma sudah ditanam dalam skala komersial yang sangat banyak, sedangkan Thailand memiliki kemiripan iklim dengan kita. Bahkan juga sudah kami buktikan, di Indramayu-pun sudah banyak kurma yang berbuah dengan sangat baiknya.
Bagi kelompok dua ini yang tetap belum yakin dan tetap mengambil sikap wait and see juga tidak masalah, mereka bisa ikut memulainya kapan saja – setelah mereka yakin. Kerugiannya adalah waktu, bagi yang ikut menanam setelah kurma-kurma generasi awal kita tanam berbuah – maka bisa ketinggalan lima tahun atau lebih.
Kelompok ketiga adalah yang merespon dengan penuh semangat, ada yang karena keyakinannya atas ayat-ayat petunjukNya dan hadits-hadits sahih tentang kurma ini, ada yang karena bukti-bukti empiric yang ada – dan tidak sedikit yang karena keduanya.
Kelompok ketiga inilah yang banyak bergabung dalam Indonesian Date Palm Association tersebut di atas. Mereka-mereka inilah yang berusaha mengatasi problema yang ada satu per satu.
Masalah bibit misalnya, membibitkan  dari biji yang sudah kami tuliskan dalam link tersebut di atas adalah cara yang paling murah dan mudah. Kurma dari biji ini juga lebih berpeluang untuk menjadi kurma-kurma yang kuat dengan usia produktif yang panjang dan kuat melawan penyakit.
Kelemahan pembibitan dari biji hanya satu, yaitu kita belum tahu jantan atau betinanya sampai kurma ini berbunga di usia 4-5 tahun. Akibatnya kalau kita mau menanam secara luas sementara belum tahu jantan dan betinanya – penggunaan lahan tidak bisa optimal – karena yang berbuah hanya kurma betina.
Kelemahan ini kemudian kita coba atasi dengan mendatangkan kurma-kurma yang sudah jelas jenis kelaminnya dari proses kultur jaringan. Tetapi ini adalah cara yang mahal sekali karena setiap bibit harga nya saat ini sekitar Rp 550,000, yang diimpor at cost melalui asosiasi.
Kelemahan lain dari kurma kultur jaringan ( dan juga tanaman kultur jaringan lain) adalah lebih rentan terhadap penyakit, dan usia produktifnya tidak sepanjang kurma dari biji.
Maka kami menempuh cara satu lagi yang melibatkan teknologi tinggi, peneliti dan pengembang bergelar PhD di bidangnya dlsb. Target kami adalah bisa membedakan kurma jantan dan betina sedini mungkin, sejak daun hijau pertama muncul.
Alhamdulillah team ahli kami ini yakin bahwa masalah identifikasi kelamin kurma sejak dini insyaAllah akan selesai dalam tahun ini juga. Jadi silahkan masyarakat membibit kurma melalui biji banyak-banyak sekarang, insyaAllah solusi identifikasi kelaminnya akan hadir dalam waktu dekat.
Sampai di sini masalah belum juga selesai karena banyak sekali yang ingin menanam kurma tetapi tidak ada lahan. Satu pohon kuma butuh lahan minimal 64 m2, ini kurang lebih seukuran lahan kavling rumah pemula di Jabodetabek. Halaman yang ada tentu tidak cukup untuk menanam satu pohon kurma sampai tumbuh full-scale-nya nanti.
Untuk mengatasi ini insyaAllah melalui system iGrow dalam waktu dekat akan kami sediakan lahan-lahan sewa jangka panjang untuk menanam kurma ini. Tidak hanya sebatas menyediakan lahannya, tetapi juga jasa perawatannya sampai pohon berbuah – dan bagi hasil setelah itu, bahkan termasuk menjualkan hasilnya kelak setelah panen.
Sampai disini-pun masalah belum akan selesai, tetapi insyaAllah kami siap mengawal tumbuhnya kebun-kebun kurma di negeri berpenduduk mayoritas muslim yang sangat subur ini. Pohon yang disebut sampai 21 kali di Al-Qur’an, dan dijanjikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa tidak ada kelaparan bila di dalam rumah ada kurma – masak kita masih ragu kalau ayat-ayat dan hadits tersebut adalah untuk kita ? untuk inspirasi kita to do something about it ? InsyaAllah kita bisa dan siap berbuat.
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)