Dari World Future Energy Untuk Desa Kita

Hari ini di tengah acara World Future Energy Summit di Abu Dhabi, kami dari iGrow, FinTech pemberdayaan petani dari Indonesia menanda tangani MOU dengan eCovis Ltd. Sebuah perusahaan efisiensi energy berbasis di Abu Dhabi. Penanda tanganan yang juga disaksikan oleh perwakilan BKPM Indonesia ini, ditujukan untuk memajukan desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal di Indonesia yang jumlahnya hingga kini masih 60% dari jumlah desa yang ada. Bagaimana cara kerjanya ?

 

Desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal yang jumlahnya sekitar 48,000 desa di Indonesia atau 60% dari sekitar 80,000 –an desa di Indonesia, memiliki karakter ketertinggalan yang mirip satu sama lain. Yaitu tanahnya yang kurang dimanfaatkan oleh perbagai sebab, bisa karena kondisinya yang kurang subur, tidak adanya biaya untuk mengolahnya, tidak ada pasar yang menampung hasilnya, atau tidak ada tenaga kerja yang mau mengolahnya.

 

Luasan desa-desa di Indonesia berkisar antara 2 km2 s/d 8 km2 , saya ambil saja rata-ratanya 4 km2 atau 400 ha. Kalau empat desa berarti 1,600 ha ; kalau ¼-nya saja yang kita targetkan untuk penyuburan dalam project ini , maka kembali ada 400 ha yang bisa dimanfaatkan.

 

Apa yang akan kita lakukan dengan lahan 400 ha ini ? kita akan tanami Kaliandra Merah yaitu tanaman multi guna. Pertama karena dia leguminose, tanaman ini akan menyuburkan lahan-lahan dimana dia ditanam. Kayunya yang kami incar untuk bahan baku energy biomassa baik berupa chip maupun pellet, dengan demikian pasar untuk hasil panen desa ini terjamin.

 

Daunnya bisa dimanfaatkan untuk industri peternakan petani baik untuk domba, kambing maupun untuk sapi. Selama pertumbuhannya tanaman ini juga berbunga – yang bisa menjadi basis tumbuhnya industri madu nasional – yang hingga kini belum kita miliki padahal negeri hijau nan amat luas ini mestinya bisa menguasai pasar madu dunia.

 

Luasan Kaliandra Merah sekitar 400 hektar tersebut bisa menyerap tenaga kerja pertanian sekitar 800-orang. Energy yang dihasilkan cukup untuk menggerakkan industri yang membutuhkan kisaran energy 4 MW, kalau industri ini hadir di wilayah yang sama akan ada tambahan lapangan kerja sekitar 100 s/d 200 orang tergantung dari jenis industrinya.

 

Artinya satu project semacam ini akan bisa menyediakan lapangan kerja sekitar 900-1000 orang. Pertanyaannya adalah siapa atau industri apa yang mau masuk dan menjadi lokomotif bagi desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal ini ? Industri apa saja bisa masuk, bisa dipilih yang paling sesuai untuk daerah yang bersangkutan.

 

Bahan bakunya memang dari desa-desa, tetapi industrinya sendiri bisa hadir di wilayah yang sesuai di kabupaten setempat. PEMDA dapat memfasilitasi dan mengundang pemain industri ini dengan berbagai peraturan yang memudahkan, toh ini untuk memakmurkan rakyat di desanya yang masih teringgal dan sangat tertinggal.

Energy Driven Rural Development

 

Kalau toh the worst come to the worst tidak ada industri yang mau me-lead pembangunan di desa-desa ini, maka yang bisa kami hadirkan dari tanaman-tanaman tersebut adalah industri wood chip dan wood pellet. Wood chip bisa dikirim ke daerah-daerah lain sebagai bahan bakar untuk boiler dan pemanas lainnya, sedangkan wood pellet untuk pasar ekspor ke negara-negara maju yang sekarang memberikan subsidy bagi energy bersih yang dikategorikan sebagai carbon neutral ini.

 

Lantas apa hubungannya dengan MOU tersebut di atas ? MOU tersebut adalah untuk memberikan backup permodalan dan technology bersih yang dibutuhkan untuk pembangkitan listrik dengan tenaga biomassa yang dihasilkan oleh para petani dari desa tertinggal dan sangat teringgal tersebut.

 

Karena tanamannya adalah tanaman energy yang sengaja ditanam untuk keperluan ini, ditanam-nya-pun di tanah-tanah yang selama ini marginal dan tidak bisa teroptimalkan untuk produksi tananam lain yang lebih penting seperti tanaman pangan – maka biomassa yang dihasilkan akan  bersifat traceable – bisa dilacak asal usulnya, sustainable – berkelanjutan dan non-conflicting dengan kebutuhan pangan. Tiga syarat yang dibutuhkan untuk menjadi sumber renewable energy yang benar-benar sustainable.

 

Artinya program energy biomassa dengan melibatkan daerah marginal dan tanaman yang secara khusus ditanam untuk keperluan ini, akan menunjang sustainability energy dunia – tanpa harus kawatir akan habis seperti fossil fuel dan tidak perlu kawatir menggunduli hutan karena yang kita lakukan justru menghijaukan tanah-tanah gersang. Tidak pula perlu kawatir mengurangi supply pangan dunia, karena yang kita tanami adalag tanah-tanah yang memang selama ini bukan untuk produksi pangan.

 

Melalui MOU ini juga dimungkinkan dihadirkannya mesin-mesin energy canggih yang paling efisien dengan pembiayaan dari investor khusus untuk energy ini, pengembaliannya nanti dibayar bulanan oleh industri yang menggunakannya. Umumnya systemnya off-grid, menjadi captive energy – satu unit mesin pembangkit untuk satu industri di tempat yang sama, sehingga PPA (Power Purchase Agreement)-nya cukup dengan satu industri pengguna ini saja.

 

Kita juga tidak perlu muluk-muluk untuk bisa memajukan 48,000 desa tertinggal tersebut di atas sekaligus, pada tahap awal ini kami hanya akan mencoba bekerjasama dengan pemda-pemda yang pemimpinnya sangat concern pingin membangun desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal di wilayahnya masing-masing. First come first, kami hanya akan mulai dengan 2-3 kabupaten yang paling siap dahulu saja. Bila ini adalah kabupaten Anda, silahkan menghubungi kami di : ceo@igrow.asia. 

 

Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Founder)

(Visited 190 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *