Congregation Economy

Bulan September dua puluh tahun lalu Google baru didaftarkan namanya, Facebook lahir sekitar lima tahun kemudian sedangkan Uber dan Airbnb baru menyusul lebih dari sepuluh tahun kemudian. Kita lihat sekarang, mereka memimpin peradaban teknologi dunia di bidangnya masing-masing – dan saling terkait satu sama lain. Apa yang menghubungkannya ? Selain permodalan, semuanya besar dengan platform teknologi yang sama – yaitu internet. Apa yang akan terjadi dalam dua puluh tahun mendatang ?

 

Internet seperti yang kita kenal sekarang akan berevolusi lebih lanjut, yang akan terhubung bukan hanya antara manusia dengan manusia tetapi juga antara benda dengan benda. Karena jumlah benda-benda ini sangat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah manusia, maka era Internet of Things atau IoT – demikian orang menyebutnya – akan menghadirkan perubahan yang kemungkinannya jauh lebih dasyat.

 

Siapa yang akan memimpin peradaban saat itu ? Tentu raksasa-raksasa era internet ini seperti yang saya sebut di atas – mereka yang memiliki starting point yang jauh lebih di depan daripada yang baru belajar. Demikian pula dengan raksasa-raksasa industri dari peradaban sebelumnya tentu tidak mau ketinggalan.

 

Konon di Jerman perusahaan seperti Siemens kini memperkerjakan sekitar 21,000 software engineers untuk bisa tetap berjaya di era IoT, Bosch memperkerjakan 20,000 software engineers dan 4,000 diantaranya khusus ditugasi mengembangkan IoT. Di negeri lain AS, General Electric tidak mau ketinggalan – mereka telah memperkerjakan 14,000 software engineers dan akan menambah 6,000 lagi untuk menghadapi pesaing kuatnya dari Jerman.

 

Apa yang kira-kira sedang mereka persiapkan sehingga melibatkan begitu banyak engineers  ? IoT butuh teknologi penunjang seperti sensor, transmitter, processor, actuator dan lain sebagainya.  Revolusi IoT sangat tergantung dari ketersediaan hardware yang cost effective dan tentu juga software yang sesuai. Siapa yang menguasai dua hal ini, merekalah yang akan memimpin peradaban IoT – yang merupakan versi advance dari peradaban internet yang kita kenal sekarang.

 

Cerita tentang Google sampai General Electric tersebut diatas mensyiratkan betapa cepat perubahan besar itu terjadi dan betapa kuat para pemain-pemainnya.  Pertanyaannya adalah dimana posisi kita ? apakah kita akan tetap menjadi penonton dan sekedar pasar pengguna saja seperti yang terjadi sekarang ? Atau kita bisa ikut memberi warna dominan bagi peradaban baru ini ?

 

Kita tentu ingin menjadi yang kedua tersebut dan itu memungkinkan, bila kita juga bergerak cepat mulai saat ini sebagaimana raksasa-raksasa tersebut mempersiapkan keunggulannya masing-masing. Hanya saja perlu kita sadari ketertinggalan mendasar kita minimal pada dua hal, yaitu teknologi dan permodalan. Artinya kalau kita berjuang sendiri-sendiri – kecil sekali kemungkinannya untuk bisa unggul ke depan.

 

Di sisi lain sebenarnya kita juga punya keunggulan yang tidak dimiliki mereka yaitu applied values – nilai-nilai yang diterapkan, bukan sekedar teori – selama lebih dari 1000 tahun. Maka bila values ini juga kita terapkan saat ini, disitulah peluang terbaik kita untuk bisa berperan dalam memimpin peradaban itu. Apa values ini ?

 

Values ini adalah kekuatan berjamaah – yang sudah sangat melekat pada diri kita – ketika kita berjamaah sholat lima kali sehari. Ketika ada muadzin mengumandangkan adzan, orang-oran tergerak untuk mendatangi masjid-masjid dan surau-surau. Ketika dia iqomad, imam maju ke depan – semua makmum rapi di belakangnya tanpa perlu perdebatan apalagi perebutan siapa yang layak menjadi imam.

 

Bagaimana kalau kerapian berjamaah ini juga diterapkan dalam bidang ekonomi ?, ini bukan teori karena berabad-abad itulah yang terjadi. Sebelum revolusi industri terjadi di dunia barat, ratusan tahun sebelumnya di dunia Islam sudah ada industri besar. Industri penerbitan kitab misalnya, jauh lebih dahulu ada sebelum mesin cetak dilahirkan.

 

Bagaimana mereka dahulu melakukannya ? persis seperti sholat tadi. Seorang ulama mulai menulis kitab dengan tangannya, kemudian digandakan oleh jamaahnya yang saangat banyak dengan tangannya masing-masing – bukan hanya isinya yang persis sama, tetapi tulisannya-pun harus sama persis.

 

Setelah itu di pinggiran masing-masing halaman diukir dengan calligraphy – yang tentu juga harus persis sama. Diberi sampul yang sama, dan semuanya dari kertas yang sama. Inilah industri padat karya yang luar biasa disiplin, rapi dan rapat – persis seperti rapatnya shaf-shaf dalam sholat berjamaah dan rapatnya batu bata dalam suatu bangunan.

 

Dalam bidang ekonomi, inilah yang disebuh naqabah – dan diantaranya yang menonjol adalah naqabah waraqiin – semua orang yang berhubungan dengan kertas, berjamaah dalam naqabah waraqiin ini – berbaris dan bersusun rapi , saling menguatkan satu sama lain dalam melahirkan industri yang diikat dalam satu hal – yaitu kertas !

 

Bahkan untuk menjaga kerapian ini bukan hanya berlanggsung pada satu generasi, setiap generasi menyiapkan hingga tiga generasi ke depan. Seorang ahli di bidang tertentu, selalu mendidik asisten-nya untuk bisa menggantikannya  bila Sang Ahli dipanggil menghadapNya sewaktu-waktu. Selain itu Sang Ahli juga punya sejumlah murid, yang kelak akan mengikuti jejaknya – meneruskan kebaikan-kebaikan yang dirintisnya dan bahkan lebih jauh juga memperbaiki kekurangan-kekurangannya.

 

Mereka dahulu punya konsep ‘memulai dari yang diakhiri’ – artinya ulama sebelumnya telah melakukan sampai dimana – kemudian assisten dan murid-muridnya yang menjadi ulama kemudian tinggal meneruskan lanjutannya. Kitab Al-Filaha adalah salah satu yang melalui proses ini selama kurang lebih 400 tahun.

 

Alhamdulillah shalat berjamaah berhasil terus dipertahankan hingga kini, hanya aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam ber-ekonomi dan membangun industri di atas yang sudah lama ditinggalkan. Maka kinilah challenge-nya untuk menghidupkan kembali nilai-nilai sholat berjamaah kita ke dalam berbagai aspek kehidupan kita lainnya.

 

Bentuk konkritnya seperti apa ? salah satu contoh aplikasinya ya kembali seperti di awal tulisan ini. Di era internet kita menjadi pasar pengguna, tentu kita ingin di era IoT bisa berperan lebih dari itu – bahkan kalau bisa kita mampu memberi warna dominan peradaban IoT itu sendiri.

 

Hanya saja di bidang IoT ini-pun umat ini belum memiliki kekuatan seperti raksasa-raksasa tersebut di atas. Maka saya hanya bisa dapuk sebagai muadzin – yang mengumandangkan adzan dan memanggil umat untuk ‘sholat berjama’ah’. Kita masih butuh imam yang menguasai seluk beluk teknologi dan aplikasinya, kita butuh makmum yang banyak untuk mengurusi berbagai hal mulai dari pasar, modal, riset dlsb.

 

‘Musholla’-nya sendiri untuk mulai belajar ‘menegakkan sholat berjamaah’ juga sudah kita rintis lebih dahulu. Di ‘Musholla’ kecil yang bernama iGrow.Asia itu telah mulai berjama’ah sejumlah kecil umat sebagai petani, operator, sponsor maupun pasar.

 

Tentu ‘Musholla’ kecil  ini jauh dari  mencukupi untuk menghadapi perubahan besar yang digerakkan oleh pemain-pemain raksasa tersebut di atas, tetapi sebagai model dia tinggal dibesarkan dalam size menjadi ‘Masjid Besar’ – atau bisa juga digandakan dalam jumlah menjadi mushola-moshola kecil sejenis tetapi dalam jumlah yang sangat banyak.

 

Contoh pembesaran dalam size adalah menggunakan iGrow.Asia sebagai basis pengembangan Agriculture IoT bagi negeri ini. Sekecil-kecilnya ‘Musholla’ iGrow.Asia ini, kini telah berjamaah di dalamnya petani untuk lebih dari 1,200 ha dengan lebih dari 20 jenis tanaman – jadi sangat memadai untuk R & D sampai terbentuknya MVP (Minimum Viable Product – istilah yang biasa digunakan di dunia startup) di bidang Agriculture IoT.

 

Jadi silahkan para peneliti dan innovator IoT yang tertarik untuk terjun di Agriculture IoT – dapat berjama’ah di ‘Musholla’ iGrow.Asia ini. Kami membuka diri untuk R & D di bidang apa saja, mulai on-farm sampai off-farm, from seed to plate – sejauh semua terkait dengan segala sesuatu yang tumbuh – dapat berjamaah di ‘Musholla’ iGrow.Asia ini.

 

Bila dahulu waraqiin adalah naqabah ‘wadah – berjamaah’nya semua orang yang terlibat dengan kertas, naqabah atau ‘wadah – berjamaahnya’ semua orang yang bergabung di ‘Musholla’ iGrow.Asia ini kami menyebutnya sebagi Growy – yang artinya segala sesuatu yang terkait dengan pertumbuhan. Yang bergabung bisa saja individu ataupun institusi – asal masih terkait dengan sesuatu yang tumbuh !

 

Bagaimana cara kerjanya ? saya berikan ilustrasi berikut untuk memudahkan memahami bagaimana sesama Growy ini bisa saling bersinergi dan saling menguatkan.

 

Msisalnya Anda seorang peneliti tanaman strawberry – yang berhasil mengembangkan strawberry yang besar dan manis – tetapi memerlukan tempat tumbuh 1,200 m dpl seperti Lembang – Bandung untuk menanamnya. Karena tanah di Lembang mahal, berebut dengan daerah wisata – Anda kesulitan mengembangkan strawberry varietas Anda ini untuk sampai pada skala produksi komersial.  Apa yang bisa dilakukan oleh ‘jam’ah’ Growy ?

 

Yang jelas iGrow.Asia – yang juga merupakan salah satu ‘jama’ah’ Growy , insyaAllah akan dapat mencarikan lahan lain yang sesuai, di dataran tinggi dengan skala komersial yang memadai, sekaligus juga dapat membantu mencarikan modal dan pasar untuk pengembangan strawberry Anda.

 

Tetapi ‘jama’ah’ Growy yang lain yang mengembangkan Agriculture IoT juga dapat berperan, dapat menyediakan IoT Kit for Strawberry Urban Farming. Dengan IoT Kit ini orang-orang perkotaan seperti Anda dapat memiliki hiburan produktif yang baru, salah satu kamar Anda yang kosong dan sudah ber AC – kini bisa menjadi kebun strawberry yang produktif – siapa yang tidak mau ? lha wong harga strawberry manis selangit, belum nilai eksotik-nya ketika strawberry tersebut tumbuh di rumah anda .

 

Anda tentu tidak perlu repot-repot meninggalkan pekerjaan Anda untuk bertani strawberry ini – karena semua kendalinya ada di smartphone Anda, Anda bisa pantau dan bahkan juga kendalikan tanaman Anda dari manapun dan kapanpun.

 

Bagi yang mengembangkan Agricultre IoT, bergabung dalam ‘jama’ah’ Growy memberi Anda akses untuk R & D di lebih dari 1,200 ha lahan dan 20 jenis tanaman, Anda juga dipertemukan dengan para penemu lainnya seperti penemu  varietas unggul strawberry manis tersebut di atas, dipertemukan dengan para urban farmers yang akan menggunakan IoT Kit Anda dan berbagai opportunity lainnya.

 

Yang ingin bertani secara full scale-pun sangat dimungkinkan di jamaa’ah atau komunitas Growy ini, kini telah tersedia sekitar 40-an kavling kebun buah, rempah dan hortikultura di Banten. Kebun-kebun ini dapat Anda miliki dengan kepemilikan SHM. Segera setelah team Agriculture IoT menghasilkan inovasi-inovasi perdana-nya, kebun Anda dapat di-upgrade menjadi kebun buah/rempah/hortikultura pertama yang berteknologi IoT.

 

Ketika lahan semakin langka, sementara kebutuhan pangan terus meningkat – yang bisa menjadi harapan dunia adalah lahan-lahan yang bisa dimaksimalkan produksinya – itulah mengapa dunia berharap dan berlomba di bidang Agriculture IoT ini, dan Anda berpeluang untuk menjadi salah satu pemain di garis depannya. Tentu Anda tidak bisa sendirian, itulah gunanya ber-jama’ah itu.

 

Bayangkan sekarang bila semakin banyak elemen umat bergabung – semakin besar peluang tumbuh bagi setiap jama’ah dan secara bersama-sama kita bisa mempersiapkan diri untuk perubahan besar dalam peradaban ke depan. Adzan telah dikumandangkan, tinggal menunggu jama’ah berdatangan sebelum Imam berdiri dan menyeru Sawu Sufufakum…

 

Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Founder)

(Visited 120 times, 1 visits today)

5 thoughts to “Congregation Economy”

Leave a Reply to Fajar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *