Ketika Thomas Malthus (1766-1834) berteori bahwa pertumbuhan penduduk dunia mengikuti deret ukur (1,2,4,8 dst.) sementara pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung (1,2,3,4 dst.), dunia mengikutinya. Dampaknya korban KB dirancang secara global untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk, dan perebutan sumber-sumber pangan menjadi ‘perang baru’ yang didorong oleh ketakutan manusia akan kelaparan. Bagaimana kalau teori Malthus ini ternyata salah ?
Â
Dan saya termasuk orang yang sangat meyakini bahwa teori Malthus tersebut salah, mengapa demikian ? Ada petunjuk yang sebaliknya, bahwa pertumbuhan ketersediaan pangan itu sesungguhnya bersifat eksponential – bila saja manusia mau melaksanakan perintahNya , yaitu antara lain untuk memakmurkan bumi (QS 11:61).
Â
Bahwasanya sekarang sepertinya teori Malthus yang benar – sekian banyak orang di dunia kelaparan, bukan karena daya dukung kehidupan di bumi yang tidak cukup untuk memberi makan para penduduknya – melainkan karena gagalnya manusia dalam melaksanakan perintahNya.
Â
Maka tidak heran Allah menyatakan dengan kalimat yang sangat tegas : “Sekali-kali tidak ! Manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkanNya†(QS 80:23). Perintah apa yang sesungguhnya belum kita laksanakan ? bisa sangat banyak, tetapi salah satunya adalah perintah terkait dengan memakmurkan bumi ini atau perintah memberi makan.
Â
Ini bisa kita lihat dari rangkaian ayat berikutnya setelah pernytaan Allah bahwa manusia belum melaksanakan perintahNya tersebut di atas, lihat ayat yang tepat sesudah pernyataan tersebut : “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya†(QS 80:24).
Â
Nah asumsinya kita pingin pindah, dari status manusia yang belum melaksanakan perintahNya (QS 80:23) ke orang yang memperhatikan makanannya (QS 80:24) – perubahan apa yang kiranya bisa kita lakukan untuk dunia khususnya terkait dengan ketersediaan pangan tersebut diatas ?
Â
Pertama adalah adanya petunjukNya bahwa pertumbuhan produksi pangan itu eksponensial ! Dimana ayatnya ? Perhatikan ayat berikut : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.†(QS 2:261)
Â
Dengan segala keterbatasan yang ada, ketika ayat ini kita coba implementasikan di tanaman gandum yang sedang kami coba tanam di Kebun Al-Qur’an, hasilnya kurang lebih seperti foto di atas.
Â
Dari setiap butir benih, bulir yang dihasikan rata-rata lima dan pada setiap bulir biji yang dihasilkan rata-rata 33. Bukan ayatnya yang salah tetapi keterbatasan kemampuan kami dalam bertani gandum yang memang jauh dari sempurna – artinya masih terbuka ruang yang sangat lebar untuk perbaikan, yaitu menaikkan bulir menjadi tujuh dan menaikkan jumlah biji menjadi sekitar 100 pada setiap bulirnya.
Â
Namun dengan segala keterbatasan ini saja, apa yang bisa kita perbuat bila kita memiliki tiga butir benih gandum saja ? (atau tanaman apapun juga boleh, tetapi dengan matematika model yang pastinya berbeda). Ketika tiga butir ini kita tanam, kemungkinan terbesarnya minimal satu butir akan tumbuh.
Â
Dengan asumsi pertumbuhan hasilnya belum perfect mengikuti yang diisyaratkan Al-Qur’an di ayat di atas sekalipun, satu butir benih yang tumbuh tersebut bila mengikuti hasil percobaan kami – maka hasilnya akan berada di kisaran angka 165 biji.
Â
Bila dari hasil ini sepertiga kita tanam, dan hanya tumbuh sepertiganya saja – maka pada panenan ke dua sudah menjadi lebih dari 3,000 butir. Pada panenan ke 3 sudah lebih dari 55,000 butir, dan pada panenan ke 4 sudah menjadi lebih dari 1 juta butir. Bila panenan ke 4 ini 2/3-nya dimakan, maka bagian yang dimakan ini cukup untuk memberikan karbohidrat sepasang manusia selama satu tahun.
Â
Bila diteruskan 1/3 dari panenan ke 4 yang tidak dimakan tersebut terus ditanam, dan kemudian polanya tetap 2/3 dimakan dan 1/3 ditanam kembali – maka pada panenan ke 9, jumlah butir yang dihasilkan sudah mencapai lebih dari 2.1 trilyun dan bisa memberi makan sekitar 31 juta orang selama setahun.
Â
Karena gandum yang kita tanam bisa dipanen pada hari ke 75, kalau ditanam secara besar di lahan luas kemungkinan akan mundur di kisaran 90-100 hari , maka gandum di negeri ini sangat bisa jadi akan bisa ditanam 3 kali setahun. Berarti panenan ke 9, dari 3 butir benih sampai mencukupi pangan untuk 31 juta penduduk tersebut waktunya hanya 3 tahun. Dan pada tahun ke 4 kita sudah bisa mencukupi seluruh kebutuhan pangan penduduk negeri ini, yang tumbuh sangat pesat sekalipun !
Â
Dengan matematika pangan ini kita juga bisa lebih mudah memahami, bagaimana Khalifah belia Umar bin Abdul Azis (682-720 M) bisa memakmurkan seluruh negerinya meskipun pemerintahannya sangat singkat yaitu kurang dari 3 tahun. Bagitu makmurnya sehingga di wilayah Afrika yang dari dahulu hingga kini sering dilanda kelaparan – tidak ada kelaparan di wilayah tersebut semasa pemerintahan Umar bin Abdul Azis ini.
Â
Aplikasinya di jaman ini tentu ada kendala disana-sini, itupun biasa – tetapi yang ingin saya sampaikan bahwa dengan contoh ini saja sudah jelas teori Malthus yang menjadi dasar sejumlah kebijakan di dunia adalah keliru adanya. Bahwasanya sekarang nampaknya lebih mendekati pada kenyataan di dunia – itu karena manusia belum melaksanakan perintahNya sebagaimana pernyataan Allah tersebut di atas (QS 80:23).
Â
Bila manusia ini mulai mau belajar melaksanakan perintahNya, mulai memakmurkan bumi untuk bisa memberi makan melalui cara dan petunjukNya – maka jalan untuk kecukupan pangan itu menjadi sangat jelas. Bahkan kita bisa memulai hanya dengan tiga butir benih saja, insyaAllah !
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Founder)
menangis saya membacanya, kepingin sekali untuk bergabung, namun saat ini belum mampu,, semoga Allaah memudahkan usaha/amal baik kita semua,, aamiin