Ada undang-undang yang aneh  dikeluarkan oleh California State Legislature belum lama ini, yang intinya mewajibkan seluruh  dokter di negara bagian itu untuk mendapatkan minimal 12 jam pelatihan di bidang nutrisi. Yang menarik adalah alasannya mengapa sampai keluar undang-undang ini, adalah karena masyarakat percaya dan umumnya bertanya kepada para para dokter ini untuk urusan nutrisinya. Padahal dari survey di negeri itu, hanya ¼ sekolah kedokteran yang mengajarkan nutrisi – dan inipun hanya mengajarkan  1 subject saja. Jadi layakkah masyarakat bertanya tentang nutrisi kepada mereka?
Ini hanyalah sekedar contoh kecil betapa manusia pada umumnya salah bertanya, mereka bertanya kepada siapapun yang sebenarnya bukan ahlinya. Berapa jam-pun seorang ahli kesehatan harus mengikuti pelatihan , tidak akan pernah cukup untuk menjawab berbagai persoalan yang ditanyakan kepadanya – kecuali si ahli ini memiliki sumber jawaban dari seluruh persoalan yang ditanyakan kepadanya.
Mengapa demikian ? ambil contoh manusia yang hidup dua ribu tahun lalu. Saat itu belum ditemukan mikroskop, belum diketahui adanya makhluk yang sangat kecil yang bernama bakteri, virus dan sejenisnya. Ketika mereka tiba-tiba sakit flu hebat, sakit perut yang parah dlsb. datanglah kepada tabib, apa kira-kira analisa sang tabib ?
Hampir pasti jawabannya adalah terkait tentang sesuatu yang mistis, karena ilmu pengetahuan manusia belum cukup untuk bisa menjelaskan adanya bakteri atau virus yang menjadi penyebab sakit perut atau flu tersebut di atas.
Di tengah ilmu yang belum cukup sementara berbagai penyakit bermunculan itulah Allah turunkan utusannya yang dibekali mukjizat pengobatan saat itu yaitu Isa Ibnu Maryam. Meskipun ilmu pengetahuan manusia belum cukup, Nabi Isa ‘Alaihi salam dengan petunjukNya bisa mengobati berbagai penyakit – yang bahkan saat inipun belum sepenuhnya ada obatnya.
Apakah ilmu manusia itu cukup saat ini untuk menjawab seluruh persoalan kesehatan yang ada ? Ternyata juga sangat belum cukup. Buktinya di negeri yang konon paling maju teknologi dan pendidikannya sekalipun – seperti tersebut di atas, tempat bertanya manusia dalam urusan nutrisi – juga diakui ketidak cukupannya oleh para pembuat undang-undang di negeri mereka sendiri.
Lantas kemana kita seharusnya bertanya ? sama dengan manusia yang hidup 2,000 tahun lalu – yaitu bertanya kepada utusanNya, yang telah diberi bekal petunjuk untuk menjawab semua persoalan yang ditanyakan kepadanya.
Kita yang hidup sebagai umat Muhammad Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam, ya bertanya kepada beliaulah untuk segala urusan kita. Karena beliau tidak hidup di jaman kita, ya kita bertanya dari peninggalan utama beliau yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Bertanyalah kepada para pewaris beliau yaitu para ulama yang memang menguasai warisan beliau berupa Al-Qur’an dan Hadits tersebut.
Dalam hal nutrisi misalnya, manusia sekarang akan tersesat kemana – mana bila yang ditanya hanya mengandalkan ilmu tanpa petunjukNya. Kata ahli ini tidak boleh makan ini dan itu, ahli yang lain akan menyatakan sebaliknya. Anda akan semakin bingung ketika bertanya ke mBah Google, setiap ada rekomendasi untuk nutrisi tertentu – selalu akan ditemukan pendapat yang sebaliknya.
Walhasil kepada siapa kita bertanya tentang nutrisi kita ? kepada yang menjanjikan jawaban yang hak untuk seluruh persoalan kehidupan manusia. Seperti yang Dia janjikan : “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.†(QS 16:89).
Perhatikan pada janjiNya, bahwa Kitab yang Dia turunkan untuk kita itu menjawab atau menjelasakan segala persoalan – dan bahkan lebih dari itu, memberi petunjuk, rahmat dan kabar baik.
Nah sekarang kita coba bertanya tentang nutrisi kepada Al-Qur’an. Pertanyaannya kira-kira begini – apa yang seharusnya kami makan saat ini ? Yang tidak membuat sakit, yang membuat tubuh terjaga kesehatannya , yang cukup bagi semua, yang mudah diproduksi sendiri, yang halalan thoyyibah, yang terjangkau bagi kami semua, dst ?
Seberapa panjang-pun deretan kriteria yang kita susun dalam pertanyaan tersebut. Oleh Allah dan RasulNya akan diberi jawaban yang singkat tetapi memberi semua jawaban yang kita butuhkan.
Melalui sabda beliau, kita  dijanjikan jawaban yang singkat, padat tetapi penuh makna : “ Aku diutus dengan ungkapan-ungkapan yang singkat namun padat makna†(HR. Bukhari, Muslim dll dari Abu Hurairah).
Sejalan dengan ini pulalah jawaban Al-Qur’an untuk sederet pertanyaan tentang makanan dan nutrisi yang kita ajukan tersebut di atas. Seluruh urusan makanan kita, dari sisi sumber energi, sumber nutrisi, budidaya, produksi dan distribusinya terjawab dengan lengkap – melalui 8 kalimat atau ayat pendek berikut :
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya kami benar-benar telah mencurahkan air dari langit. Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan tanaman bernutrisi tinggi, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun yang lebat (dari rempah-rempah), buah-buahan dan rerumputan, untuk kesenanganmu dan binatang ternakmu†(QS 80 : 24-32).
Dari kalimat-kalimat yang singkat dan penuh makna inilah semua jawaban atas pertanyaan yang kita ungkapkan tersebut di atas terjawab.
Mulai dari produksi dari makanan itu, dimana seharusnya produksi makanan terbanyak ? harusnya di negeri ini karena di negeri inilah hujan itu bener-bener dicurahkan dengan sangat banyak. Bagaimana cara membelah/mengolah tanah ? Allah-lah yang mengolah/membelah tanah sebaik-baiknya itu.
Melalui hujan yang Dia turunkan, bumi bergetar dan mengembang (ihtazzat warabat). Ternyata mengolah tanah yang baik bukan dengan traktor atau dicangkuli sampai habis, tetapi cukup kejatuhan hujan ! di dunia pertanian ini disebut minimum atau no tilting – bertani tanpa mengolah tanah – karena sudah dioleh atau dibelah Allah melalui getaran hujan tersebut di atas.
Setelah bumi ihtazzat warabat, maka bumipun siap waanbatat atau menumbuhkan segala tanaman yang baik-baik (QS 22:5). Tanaman apa yang seharusnya kita tanam ? mulai dari biji-bijian, ini meliputi jenis padi-padian dan kacang-kacangan (legumes). Dalam menjelaskan biji-bijian ini (habba) – biji yang dimakan, Allah membedakannya dengan An-Nawa – yaitu biji yang digunakan untuk pembiakan tetapi umumnya tidak dimakan (QS 6:95), seperti biji kurma dslb.
Setelah itu kita juga bisa menanam anggur dan aneka tanaman bernutrisi tinggi (sayuran), kemudian tanaman istimewa zaitun dan kurma. Kemudian Allah juga menyebut tanaman dengan kriteria khusus yaitu hadaa’iqo ghulba – yang umumnya diterjemahkan sebagai kebun yang rindang.
Tetapi apa isi kebun yang rindah tersebut sesungguhnya ? Ini tantangan tersendiri bagi para ahli tafsir hingga akhir jaman – karena artinya bisa sangat luas. Tetapi dari rangkaian ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, kita bisa tahu salah satu atau beberapa jenis tanaman yang dimaksud dalam hadaa’iqo ghulba tersebut – diantaranya adalah tanaman yang dalam bahasa inggris disebut kelompok herbs and spices atau dalam bahasa kita disebut tanaman semak , perdu dan rempah-rempah.
Jenis tanamannya sangat banyak, dan memang pada umumnya ditanam dengan sangat padat sampai daun-daunnya bertumpang tindih satu sama lain. Diantaranya adalah aneka berries, cabe, cilantro, cinnamon, cengkeh, bawang, sawi, lada,asam, saffron, coriander, oregano, paprika dlsb.
Setelah itu Allah juga menyebutkan segala macam buah secara umum, sampai rerumputan – yang diperlukan oleh ternak kita – yang akhirnya juga untuk kita.
Segala macam jenis tanaman yang kita makan sebagai makanan maupun obat – terangkum sudah dalam 6 ayat tersebut di atas. Tetapi kelompok terbanyak memang dari jenis buah, sayur dan remah-rempah tersebut di atas.
Dari rangkian ayat yang sama kita bisa menggali seperti apa komposisi makanan kita untuk menghasilkan nutrisi terbaik bagi tubuh kita. Pilihannya bisa sangat bermacam –macam tetapi komposisinya kurang lebih adalah 1/6 bagian dari kategori jenis biji-bijian, 4/6 bagian adalah buah, sayur dan rempah , dan 1/6 bagian daging dan protein hewani lainnya.
Komposisi nutrisi kita ini unique karena berbeda dengan nutrisi yang dirancang manusia pada umumnya. Bila para penggerak vegetarian tidak makan daging dan nutrisi hewani , kita masih makan daging dan nutrsi hewani meskipun hanya kurang-lebih 1/6 bagian dari makanan kita.
Bila para penggerak raw-food sama sekali tidak makan makanan yang dimasak, kita masih makan-makanan yang dimasak bila itu dari daging atau produksi hewan lainnya. Kita juga makan makanan yang dimasak bila itu dari jenis biji-bijian khususnya padi-padian seperti padi dan gandum. Silahkan makan daging atau beras yang tidak dimasak bila Anda lebih percaya raw-food, mana yang lebih enak dan lebih berbudaya dibandingkan dengan menu makanan kita ?
Dari petunjuk yang sangat detil tersebutlah, kita bisa merancang jenis makanan kita sendiri atau jenis diet kita sendiri – yang insyaAllah tidak pernah keliru sejauh kita bisa memahami petunjukNya dengan benar. Diet seperti inilah yang saya sebut ‘Abasa Diet – karena diambilkan utamanya dari petunjuk di surat ‘Abasa tersebut di atas.
Bila jenis diet umumnya seperti Mediterranean Diet, Western Diet, Oriental Diet dlsb dibangun oleh tradisi masyarakat yang melakukannya, maka kita bisa bangun jenis diet yang baru – yang tidak harus lahir dari tradisi atau lahir untuk menjaga kesehatan semata – dia lahir dari upaya untuk memahami dan melaksanakan petunjukNya, maka begitulah ‘Abasa Diet itu lahir dengan proses yang berbeda dibandingkan dengan proses kelahiran diet-diet lainnya.
Memang ‘Abasa artinya bermuka masam, digunakan menjadi nama ayat – yang didalamnya terkandung larangan untuk bermuka masam. Sesuatu yang baik untuk nama surat di Al-Qur’an, pasti baik pula kita gunakan untuk hal lain yang positif seperti nama diet ini. Maksudnya juga sama – agar kita tidak bermuka masam – gara-gara salah makan !
Semua penyakit manusia modern seperti diabetis dan penyakit-penyakit cardiovascular yang sangat banyak membawa korban misalnya, banyak sekali ditrigger oleh pola makan dan nutrisi yang salah. Dengan memperbaiki nutrisi makanan kita mengikuti petunjukNya tersebut – kita bisa berharap bonusNya berupa petunjuk, rahmat dan kabar baik lainnya.
Lahirnya startup 101Salads yang insyaAllah akan kami perkenalkan dalam waktu dekat, juga diilhami oleh komposisi makanan yang diisyaratkan dalam rangkaian ayat-ayat di surat ‘Abasa tersebut di atas.
Bukan hanya perbaikan dari sisi budidaya, nutrisi dan kesehatan – ternyata ketika makanan kita strukturnya benar, ekonomi kita juga akan menuju ke arah yang benar. Kita tidak bisa menanam beras yang cukup, karena kita makan terlalu banyak beras sementara tumbuhnya di tempat yang terbatas – yaitu butuh sawah yang banyak sekali memerlukan air.
Kita bahkan mengimpor begitu banyak gandum, karena kita makan gandum yang terlalu banyak dalam aneka bentuknya – mulai dari mie sampai roti dan aneka makanan cemilan kita – padahal gandum tidak tumbuh di negeri ini. Bahkan kita juga memaksakan makan daging banyak, padahal tidak terjangkau oleh sebagian besar penduduk negeri ini.
Maka bila kita luruskan diet kita dengan ‘Abasa Diet tersebut di atas, kita akan otomatis mengurangi makan dari biji-bjian seperti beras dan gandum  – akan menekan kebutuhan beras dan meminimalisir impor gandum. Kita juga tidak terlalu banyak butuh daging sehingga bisa kita cukupi sendiri.
Selebihnya buah, sayur dan aneka rempah-rempah bisa tumbuh dimana saja di negeri dengan curah hujan terbaik ini. Semuanya bisa kita tanam sendiri asal kita mau saja melakukannya.
Dari sini pulalah lahir gerakan iGrow My Own Food dan serangkaian pelatihan-pelatihan seperti Urban Farming Workshop dlsb. Bila makanan kita benar, insyaallah kita akan hidup lebih sehat secara jasmani dan ruhi – karena kita mendekat kepada petunjukNya, dan masih ada bonus berupa perbaikan ekonomi. InsyaAllah.
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)
D tunggu 101 salad ny