Tidak banyak yang tahu bahwa di balik bumi kita ada negeri yang lumayan besar dengan jumlah penduduk 31.5 juta – atau no 43 besar dunia dari sisi jumlah penduduk – yang kini sedang menderita krisis pangan yang amat sangat hebat. Antrian untuk sekedar membeli bahan pangan yang mengular sampai berkilometer adalah pemandangan sehari-hari. Krisis semacam ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga baik bagi pemerintah maupun penduduk negeri lain. Bagaimana ini bisa terjadi ?  Dan apa yang bisa kita lakukan agar krisis yang sama tidak terjadi di negeri ini ?
Negeri tersebut adalah Venezuela dan mereka bukanlah negeri miskin, dengan GDP per capita mereka yang mencapai US$ 17,759 – penduduk negeri tersebut rata-rata jauh lebih kaya dari penduduk negeri kita Indonesia. Mengapa mereka sampai harus mengantri bahan makan sampai setengah harian ? Mereka punya uang tetapi tidak ada yang bisa dibeli !
Bagaimana ini bisa terjadi ? kita lihat kronologisnya yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Tiga tahun sebelumnya (2013) pemerintah Venezuela mulai kesulitan untuk menyediakan bahan pangan bagi penduduknya. Saat itulah pemerintah mulai mengeluarkan larangan bagi penduduk untuk menimbun makanan. Hukumnya benar, tetapi ibarat penyakit salah diagnose – sehingga salah juga treatmentnya. Saat itu krisisnya bukan karena rakyat menimbun, tetapi lebih pada produksi yang memang tidak cukup.
Segera setelah itu toko-toko bahan pangan diwajibkan menjatah pembeli bahan makanan agar tidak terjadi penimbunan, bahkan untuk membeli makanan-pun perlu cap jempol – untuk mengambil sidik jari pembeli. Lagi-lagi solusi dari diagnose penyakit yang salah.
Dan  solusi yang salah pasti juga tidak menyelesaikan masalah, antrian bahan pangan terus bertambah panjang. Orang perlu mengantri 5-6 jam untuk mendapatkan bahan pangan yang ingin dibelinya.
Pemerintah negeri itu menjadi semakin panik dan membuat kebijakan lanjutan yang memperparah situasi. Kebijakan tersebut adalah memaksa petani dan produsen bahan pangan untuk menjual antara 30 % sampai 100 % bahan pangan yang dihasilkannya ke pemerintah – dan dibeli dengan harga yang juga ditentukan oleh pemerintah.
Apa akibatnya ? petani enggan bertani lagi karena toh hasilnya akan dibeli paksa oleh pemerintah, demikian pula produsen bahan pangan – tidak lagi bergairah untuk produksi. Pemerintah menjadi semakin panik lagi, apa yang dilakukan kemudian ?
Pemerintah memaksa rakyatnya untuk menanam makanannya sendiri, bahkan untuk ini dibuatlah Kementrian Urban Farming di negeri itu – Kementrian Urban Farming yang pertama yang ada di dunia ! Ide ini sebenarnya bagus, tetapi tidak bisa dijalankan di Venezuela – mengapa ?
Pertama mayoritas penduduk negeri itu utamanya yang tinggal di perkotaan – sama sekali tidak biasa bertani. Kalau toh ada satu dua yang bisa mengajari, tidak mungkin bisa mengajari puluhan juta penduduk kota untuk tiba-tiba siap bertani.
Disamping itu langkah pemerintah yang meminta rakyat mendaftarkan lebih dahulu tanaman apapun yang mau ditanam atau ternak apapun yang akan dipelihara, membuat rakyatnya kawatir – jangan-jangan setelah mereka menanam atau memelihara ternak-pun  akhirnya akan diambil pemerintah ?
Walhasil, krisis pangan negeri itu menjadi food crash – kecelakaan pangan terbesar yang ada di jaman modern ini. Siapa yang salah ? pemerintah yang salah mendiagnose masalah sehingga salah pula dalam mengambil kebijakan, dan rakyat yang memang tidak siap untuk menanam bahan pangannya sendiri.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari food crash-nya Venezuela ini ? Bagi bapak-bapak yang ada di jalur pemerintahan – hati-hati Anda bila mengambil keputusan tentang kebutuhan pokok pangan ini. Bila rakyat biasa yang salah ambil keputusan, hanya dia sendiri yang tidak makan – tetapi bila pemerintah yang salah ambil keputusan – bisa satu negeri yang tidak makan.
Bagi kita rakyat kebanyakan, jangan sampai juga kita tidak makan hanya gara-gara kesalahan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Kita harus siap mencukupi kebutuhan pangan kita sendiri dengan sedini mungkin – jauh sebelum gejala food crash mulai nampak di ufuk horizon – kita sudah membiasakan menanam makanan kita sendiri.
Point terakhir inilah yang sedang kita kampanyekan, baik melalui pelatihan-pelatihan kita di bidang Integrated Organic Farming, Urban Farming dlsb. Juga yang  mulai kita kampanyekan melalui serangkian video-video pendek yang kami siapkan khusus untuk ini, diantaranya yang sudah siap dapat Anda saksikan di link ini.
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)