Sang Penakluk

Beberapa hari ini saya tidak sempat menulis karena terlibat di Global Islamic Economy Summit  – GIES 2016 Dubai. Banyak hal-hal menarik dari para penakluk ekonomi dunia, juga dari kalangan akademisi dan birokrasi. Tetapi diantara sekian banyak pembicara yang diundang, inspirasi yang menurut saya paling menarik justru datang dari seorang pembicara yang nyentrik – seorang pemuda berusia 38 tahun – yang bisa saya sebut sebagai seorang yang bener-bener menaklukkan dunia secara harfiah. Mengapa demikian ?

 

Lantas inspirasi apa yang bisa dipetik dari penaklukan demi penaklukan yang dilakukan oleh Omar tersebut ? Ini saya sarikan dari apa yang dia sampaikan di podium dan pembicaraan langsung dengan Omar di back stage – tempat kami para pembicara GIES 2016 menunggu giliran bicara.

with-omar-samra 

Pelajaran pertama adalah dari pengalaman Omar mendaki puncak Everest yang tingginya sama dengan tinggi rata-rata penerbagangan pesawat komersial. Saking beratnya penaklukkan Everest ini, perlu waktu perjalanan 65 hari bagi Omar dan team untuk melakukannya.

 

Juga jangan dibayangkan perjalanannya mudah, ketika mendekati puncak – setiap satu langkah Omar harus beristirahat mengambil nafas sambil memanaskan kembali kakinya. Setiap kali perjalanan terasa begitu berat dan ingin berhenti, dia memotivasi dirinya kembali dengan hanya berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengangkat satu kaki ke depan kaki yang lainnya – begitu seterusnya.

 

Perjalanan mendaki ke puncak penaklukkan ini juga berlaku sama dalam kehidupan yang lain – untuk penaklukkan di bidang apa saja. Apapun yang kita ingin taklukkan dalam kehidupan kita – bila penaklukkan itu memang berarti – perjalanannya tidak akan mudah.

 

Rintangannya juga akan datang di setiap langkah yang kita tempuh, maka kita juga harus siap memotivasi diri sendiri agar  tetap semangat untuk bisa mengangkat kaki yang satu ke depan kaki yang lainnya. Hanya dengan maju selangkah demi selangkah inilah kita akan bisa mengatasi rintangan demi rintangan dalam perjalanan penaklukkan kita.

 

Pelajaran kedua masih dari penaklukkan Everest, tidak semua team bisa mengantar Omar sampai ke puncak. Sebagian besarnya hanya sampai di base-camp pada ketinggian 5,340 m. Team yang mendampinginya sampai ke puncak-pun tidak bisa sampai puncak secara bersamaan, hanya satu orang yang bisa sampai puncak pada hari yang sama – dan dua yang lain baru sampai puncak sepekan berikutnya.

 

Penaklukkan kita di dunia nyata – di bidang apapun juga demikian, kita tidak bisa sendirian – perlu team untuk mengantarkannya. Sampai di manapun mereka mengantarkan kita, juga apakah bisa sampai puncak pada waktu yang bersamaan ataupun tidak – mereka tetap team kita. Perjalanan menuju puncak memang sepi, tetapi kita tidak bisa sendirian – tidak boleh melupakan siapapun yang terlibat sejak awal perjalanan penaklukkan kita.

 

Pelajaran ketiga adalah dari perjalanan Omar ke Kutub Utara – ke tempat di mana kompas juga tidak lagi menunjukkan arah utara. Ditambah arah angin dan cuaca yang mudah sekali berubah, menemukan suatu titik di Kutub Utara bukanlah suatu perjalanan yang mudah.

 

Seringkali terjadi setelah melakukan perjalanan yang begitu berat ke arah titik yang dikira  tujuan , yang terjadi malah sebaliknya – perjalanan itu ternyata malah menjauh dari titik tujuan bukan mendekatinya. Perjalanan yang dengan mudah membuat frustasi ini, hanya bisa disikapi Omar dengan tetap berusaha terbaik untuk terus melakukannya – hingga bener-bener sampai pada tujuannya.

 

Ini pula yang terjadi pada setiap penaklukkan kita di dunia nyata. Terkadang kita sudah berusaha bekerja sekuat tenaga kearah pencapaian tujuan kita – kita kira mendekat – tetapi tidak jarang hasilnya malah menjauhkan kita dari tujuan semula.

 

Bahkan tidak jarang ternyata tujuan yang ingin kita taklukkan tersebut hanyalah fatamorgana belaka, ketika kita mengiranya sudah mendekat – ternyata dia malah tidak ada. Maka selain kita harus tetap terus menerus berusaha sekuat tenaga, kita juga harus make sure bahwa tujuan yang ingin kita taklukkan tersebut bukanlah fatamorgana.

 

Bila kita bisa melakukan tiga hal tersebut di atas yaitu 1) satu langkah demi satu langkah, 2) jangan lupakan team dan 3) berbuat terbaik untuk tujuan yang jelas dan bener-bener ada – insyaAllah kita juga bisa menjadi sang penakluk untuk bidang kita masing-masing. InsyaAllah.

 

Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Founder)

(Visited 69 times, 1 visits today)

One thought to “Sang Penakluk”

Leave a Reply to priyono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *