Ada bagian dari bumi ini yang secara spesifik distempel oleh Allah sebagai bumi yang diberkahi (QS 17:1). Bila bagian dari bumi yang lain keberkahannya bersyarat (QS 7:96), yang satu ini sudah melekat. Bila Mekkah dan Madinah keberkahannya hanya untuk umat Islam, tempat yang satu ini keberkahannya untuk seluruh manusia (QS 21:71). Dimanakah letak bumi yang diberkahi ini ? Bisakah kita berperan dalam mengolah dan ikut memperoleh keberkahannya ? Berikut adalah analisa dan peluangnya.Â
Pertama tentang referensi bumi yang diberkahi, Saya setidaknya menemukan sampai lima ayat dimana Allah menyebutkan tentang adanya suatu bagian wilayah bumi yang diberkahi itu. Berikut adalah ayat-ayatNya tersebut.
Â
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.†(QS 21:71)
Â
“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.†(QS 21:81)
Â
“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman.†(QS 34:18)
Â
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.†(QS 7:137)
Â
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.†(QS 17:1)
Â
Perhatikan secara seksama lima ayat tersebut di atas, empat ayat pertama menyebutkan adanya suatu daerah yang diberkahi. Ayat ke lima menyebutkan adanya titik awal (min atau dari), dan adanya pusat yang dituju ( ila atau ke). Secara umum para ulama sepakat bahwa yang disebut di empat ayat pertama adalah Negeri Syam, dan ayat ke lima jelas menyebutkan dua titik – yaitu awal dan akhirnya.
Â
Jadi kalau digambar dalam bentuk lingkaran-lingkaran radiasi, maka pusat radiasi berkah untuk seluruh umat manusia itu adanya di Masjidil Aqsha – sedangkan khusus untuk umat Islam keberkahan itu sampai ke Mekkah dan Madinah.
Â
Meskipun berkah itu intangible – tidak kelihatan, tetapi efeknya kelihatan – karena kita bisa melihat dan merasakan manifestasi dari berkah itu. Dan ini juga dijelaskan di Al-Qur’an dalam ayat berikut :
Â
“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitulmakdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: “Bebaskanlah kami dari dosa”, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik“. (QS 2:58)
Â
Jadi di bumi yang diberkahi, salah satu tandanya yang tangible –  bisa dirasakan manusia adalah hasil bumi yang banyak dan rasanya enak. Ketika manusia di dunia terpukau oleh kemajuan pertaniannya Yahudi di Israel, sebenarnya bukan karena kecanggihan teknologi mereka yang menentukan. Tetapi ya karena mereka bercocok tanam di bumi yang diberkahi – untuk seluruh umat manusia – seperti yang disebutkan di Surat 21:71 tersebut di atas.
Â
Siapa yang salah ketika bagian dari bumi yang diberkahi itu dikuasai oleh Yahudi ? Ya umat ini semua yang berdiam diri ketika mereka mencaplok bagian demi bagian dari bumi yang diberkahi itu sejak pertengahan abad lalu.
Â
Lantas apa yang bisa kita lakukan sekarang ? Banyak hal bisa dilakukan. Pemerintah kita secara resmi telah menyuarakan kemerdekaan untuk Palestina, sejumlah besar umat muslim negeri ini juga sudah secara terus menerus menggerakkan berbagai bantuan kepada saudara-saudara kita yang tertindas di sana.
Â
Tetapi saya melihat masih ada satu hal lagi yang bisa kita lakukan secara kongkrit, yaitu mulai mengajak saudara-saudara kita yang tinggal di bumi yang diberkahi tersebut untuk mensyukuri dan menjaga keberkahan buminya. Karena saya melihat hal buruk yang sama dengan bumi yang ada di negeri ini, yang dirusak dengan berbagai pupuk dan obat-obatan kimia.
Â
Dialog saya dengan para petani di bagian dari negeri yang diberkahi tersebut, mensyiratkan bahwa mereka sama sekali tidak tahu tentang pertanian organic. Mereka tidak yakin kalau itu bisa dilakukan di tanah mereka, mereka lupa bahwa sebelum pupuk dan obat-obatan kimia digunakan mulai abad lalu – dengan apa dahulu kakek-nenek mereka bertani di bumi yang diberkahi tersebut ?
Â
Maka saya seperti mengajari itik berenang, petani di negeri yang diberkahi tersebut sudah beribu tahun menanam zaitun, tin dlsb. Tetapi mereka kini perlu diajari untuk bagaimana kembali menanam tin dan zaitun yang tidak pakai merusak bumi dengan pupuk dan obat-obatan kimia.
Â
Sama dengan petani di Indonesia pada umumnya, mereka hanya mempan diajari bila melihat contohnya langsung. Maka membuat contoh inilah challenge-nya kini, bagaimana kita bisa demokan bahwa bertani secara alami tidak akan kalah hasilnya dengan bertani secara kimiawi, bahkan lebih baik untuk jangka panjangnya.
Â
Tetapi kan kita tidak bisa memberi contohnya dari tanaman yang ada di Indonesia ? selain iklimnya berbeda, negeri kita juga berada sangat jauh dari pusat lingkaran berkah tersebut di atas. Karena jauhnya, negeri kita baru bisa menjadi negeri yang diberkahi bila terpenuhi syaratnya yaitu penduduknya beriman dan bertakwa (QS 7:96).
Â
Maka tidak ada jalan lain kecuali kita juga harus memberi contoh di tanah yang diberkahi tersebut. Tetapi ini-pun masih menyisakan satu tantangan lagi – yaitu mayoritas negeri Syam yang diberkahi – kini dilanda konflik perang atau penguasaan musuh dan penjajah. Lantas dari mana kita bisa mulai ?
Â
Itulah informasi dari peta lingkaran berkah tersebut menjadi sangat penting. Sekarang perhatikan kembali peta di atas, ada bagian dari bumi Syam yang diberkahi itu berada di negeri yang sangat aman, maju dan kondusif untuk kemajuan umat Islam di bidang pertanian dan bidang-bidang lainnya – yaitu Turkey – yang sejak dahulu selama berabad-abad menjadi pusat negeri Muslim. Bahkan di bagian wilayah Turkey itu hingga kini bener-bener ada wilayah yang memang bagian dari negeri Syam!
Â
Dari sinilah insyaAllah kita bisa mulai secara konkrit. Sebagai petani saya selalu bercita-cita untuk bisa bercocok tanam di negeri yang diberkahi, dan kini kesempatan itu terbuka. Maka bersamaan dengan go globalnya project-project iGrow.Asia yang kini dalam proses transformasi menjadi iGrow.World, insyaAllah kita bisa bertani dibelahan dunia manapun – dan tentu yang paling menarik adalah bila kita bisa mulai dari bumi Allah yang sudah distempel keberkahannya.
Â
Dari sanalah kemudian nanti radiasi lingkaran-lingkaran berkah itu makin luas dan terus makin luas, hingga sampai pula ke negeri ini. InsyaAllah.Â
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)