Meskipun diundang ke Geneva untuk penghargaan champion di bidang e-agriculture oleh WSIS-nya PBB, saya ke Geneva bukan sebagai teknokrat apalagi birokrat. Saya diundang sebagai petani, maka kaca mata petani inilah yang saya bawakan selama saya disini. Saya milih tempat tinggal di daerah pertaniannya Geneva yang jaraknya hanya 2.5 km dari markas PBB, jalan kaki pun hanya 30 menit. Tetapi dari tempat seperti ini, perbaikan apa yang bisa kita perbuat ?
Betul tugas kita hanya untuk melakukan perbaikan yang kita mampu (QS 11:88), maka ketika melakukan perjalanan ke tempat-tempat seperti inipun – tempat yang sudah makmur dan rakyatnya disiplin – tugas untuk melakukan perbaikan itu tetap berlaku. Lebih jauh tugas untuk melihat kesudahan orang-orang terdahulu, orang-orang yang mendustakan juga sebagaimana disebutkan 7 ayat di Al-Qur’an tetap berlaku.
Secara materi – memang tidak dengan mudah bisa pampak – perbaikan apa yang bisa kita lakukan bila kita bekunjung ke negeri kaya seperti Swiss ini. Betapa tidak, pendapatan per kapita penduduknya mencapai sekitar 20 kali pendapatan per kapita kita. Disiplin rakyatnya juga luar biasa.
Selama tinggal disini saya diberi tiket public transport gratis kemanapun oleh hotel tempat tinggal saya, sambil mereka berpesan – cukup dibawa saja, meskipun amat sangat jarang dilakukan pemeriksaan. Jadi tidak ada kondektur yang menanyakan karcis tersebut di bis dan kereta, tetapi karena disiplinnya – semua orang tetap memiliki tiket !
Di bidang yang saya tekuni, pertaniannya juga luar biasa maju dan komprehensif. Dari Jendela hotel saya dapat melihat langsung bagaimana ecosystem pertanian dibangun. Meskipun dia hanya berjarak sekitar 2 km dari lapangan terbang, lebah-lebah tetap bisa hidup dan bersinergi dengan hamparan gandum yang luas – gandum mendapatkan penyerbukan alaminya, dan lebah dapat makanannya.
Sempurnakah ini semua ? tidak ! Untuk memahaminya saya ingat nasihat Presiden ke 2 kita dahulu Pak Harto yang mengambil falsafah jawa – Ojo Gumunan, jangan mudah takjub. Namun dasar yang lebih kuat juga adanya di Al-Qur’an, tepatnya adalah ayat berikut :
“Janganlah kamu sekali-kali terperdaya (Gumun – Terj. Jawa) oleh berlalu lalangnya (Berjayanya) orang –orang kafir di dalam negeri, Itu hanya kesenangan sementara…” (QS 3:196-197).
Lantas apa yang bisa kita lakukan lebih baik dari yang mereka lakukan ini ? Sangat banyak mestinya. Bila orang kaya – uangnya banyak, tanahnya subur, penduduknya sedikit – maka tentu tidak terlalu sulit untuk terus membangun kemakmuran. Kalau kita meniru cara mereka ini, tentu akan sulit – dan kita dapat melihat hasilnya yang kita capai setelah 72 tahun merdeka.
Kita tidak punya uang banyak, penduduk kita sangat banyak dan bumi kita sudah sangat banyak yang tercemar. Maka kita harus melakukan sesuatu yang jauh lebih baik dari yang mereka lakukan – agar kita bisa melakukan perbaikan di muka bumi, bisa memakmurkannya, agar rakyat bisa makan cukup tidak tergantung pada orang lain.
Maka disinilah inti dari perbaikan yang harus kita lakukan – yaitu harus berusaha untuk jauh lebih baik dari yang dilakukan oleh orang lain. Inilah cara terbaik kita untuk membuktikan kebenaran Al-Qur’an itu, yaitu mengamalkannya sehingga dari itu kita akan bisa benar –benar lebih baik.
Allah memang menjanjikan umat ini untuk menjadi umat yang tertinggi (QS 3:139), tetapi janjinya ini dadahului dengan syarat – yaitu bila umatnya ini bertakwa, bila umatnya ini menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk – menjadi dasar untuk berbuat sesuatu, bukan sekedar bayan – pengetahuan semata.
“Al-Qur’an ini adalah penjelasan bagi seluruh manusia, dan petunjuk dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS 3:138).
Jadi inilah perbaikan-nya itu. Bila orang yang tidak mendapatkan petunjuk saja bisa begitu makmurnya – dengan penghasilan rata rata lebih dari 20 kali kita, begitu disiplinnya – sampai-sampai public transport-nya tidak lagi perlu ada system pemeriksaan siapa yang membeli karcis dan siapa yang yidak. Kita yang mendapatkan petunjukNya, kita yang yakin bahwa Dia melihat apapun yang kita lakukan – harusnya bisa jauh lebih baik dari mereka.
Tetapi ini tidak akan terjadi apabila kita tidak menggunakan petunjukNya itu sebagai benar-benar petunjuk yang dilaksanakan (huda) dan sebagai nasihat. Bahwasanya kita belum makmur dan disiplin kita masih acakadut – dua hal yang saling terkait ini – amat sangat bisa jadi karena lemahnya kita dalam tataran amalan dari ilmu kita.
Mana kala kita bisa meng-amalkan satu demi satu dari ayat-ayat petunjukNya yang kita tadaburi di bulan Al-Qur’an ini, sehingga kita bisa bener-bener mencapai target puasa kita – yaitu menjadi orang yang bertakwa – dan salah satu karakter orang yang bertakwa adalah menggunakan Al-Quran sebagai petunjuk dan nasihat sebagaimana QS 3:138 tersebut di atas – maka insyaAllah kita akan bisa bener-bener menjadi umat yang paling tinggi sebagaimana janjinya juga di ayat sesudahnya QS 3:139.
Di tangan kita ada kitab, yang dengan itu bisa membuat kita lebih unggul dari bangsa yang paling makmur dan disiplin sekalipun – masak kita tidak tertarik mengamalkannya ?
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Founder)
Mantap …betul pk ..bagaimana memulainya