Ihtazzat Warabat Wa-anbatat

Lebih dari 1400 tahun sebelum manusia modern berusaha bersusah payah untuk bisa bertani secara  benar dengan berbagai teorinya, Allah sebenarnya sudah menurunkan petunjukNya – termasuk tata cara untuk bisa bertani yang seharusnya ini. Allah mengungkapkannya dalam tiga kata yaitu ihtazzat warabat wa-anbatat, tiga kata yang tidak pernah cukup bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan manusia paling maju sekalipun. Saya hanya bisa berusaha semampu saya untuk bisa memahaminya, dan semoga inipun cukup untuk bekal berkontribusi memakmurkan bumi ini.

Ihtazzat artinya bergerak, menggeliat yaitu merupakan tanda kehidupan – maka di Al-Qur’an kita diterjemahkan sebagai hidup. Warabat artinya mengembang, membengkak, gembur yaitu tanda kesuburan. Sedangkan wa-anbatat artinya menumbuhkan. Tiga kata ini dirangkai oleh Allah di akhir ayat 5 dari surat Al-Hajj.

Bila kita bisa menghadirkan bumi atau tanah yang memenuhi kriteria ihtazzat warabat wa-anbatat ini, maka insyaAllah kita akan bisa menanam segala jenis tanaman secara indah. Seperti janjiNya :

“… Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, (ihtazzat) hiduplah bumi itu  (warabat) dan suburlah (wa-anbatat) dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS 22:5)

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita bisa menghadirkan bumi yang ihtazzat warabat wa-anbatat ini ? Petunjuk detilnya ada di sejumlah ayat lain di Al-Qur’an dan sudah banyak saya bahas di situs ini, dan baru sebagiannya saja yang  mulai bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern saat ini.

Rangkuman dari penjelasan tersebut saya tuangkan dalam infografik dibawah, untuk memudahkan mengingat bagi yang ingin mengamalkannya.

Diantaranya petunjuk Allah untuk menghidupkan bumi yang mati dengan biji-bijian (Surat Yaasiin :33). Lawan bumi yang mati adalah bumi yang hidup. Bumi yang hidup dipenuhi oleh kehidupan microflora yang sudah pernah saya tulis dalam Kemakmuran dari Kehidupan Di Bawah Tanah.

Bumi yang hidup dipenuhi bermilyar microflora, bumi yang mati berarti tidak terdapat microflora ini – lantas bagaimana biji-bijian bisa tiba-tiba menghadirkan bermilyar microflora ?

Ketika Allah menyebut bumi yang mati sperti di surat 36:33, Allah menggunakan kata ekstremnya – yaitu bumi yang mati sekalipun bisa dihidupkan. Dalam kenyataannya bumi kita tidak benar-benar mati dalam pengertian tidak ada mcroflora sama sekali, masih ada cuma jumlahnya sedikit.

Sama ketika Allah menggunakan kata “…meninggalkan engkau (Muhammad) berdiri (berkhutbah)…”dalam akhir surat Al-Jumu’ah, tidak berarti seluruh sahabat berlarian keluar menyongsong dagangan dan meninggalkan Rasullullah sendirian, tentu masih ada sahabat-sahabat terbaiknya yang terus mendengarkan kutbah beliau.

Jadi di bumi yang mati, masih ada sedikit microflora yang bertahan – tetapi memang tidak cukup untuk ‘menghidupkan’ bumi itu. Maka ketika biji-bijian ditanam, dua hal yang terjadi.

Pertama ilmu manusia modern seperti yang diungkapkan oleh hasil riset  University of Notre Damme baru-baru ini, baru bisa mengungkapkan bahwa ternyata di setiap biji-bijian itu terkandung sejumlah besar microba yang bersimbiose mutualisme dengan setiap biji-bijian. Microba mendapatkan makanannya, dan biji-bijian mendapatkan perlindungan dari bacteri pathogen – bacteri pembawa penyakit.

Kedua ketika biji-bijian ditanam di tanah, bekal nutrisinya cukup untuk biji tersebut memulai kehidupan. Ini terbukti bila Anda tanam di kapas-pun biji ini bisa hidup. Ketika biji mulai tumbuh, semua yang tumbuh mengeluarkan apa yang disebut exudates atau semacam keringat – dan inilah sumber makanan microorganism itu.

Maka muncullah kehidupan microflora (komunitas bacteria, fungi/jamur dlsb) yang menggerombol di zona yang disebut rizhospere atau zona yang terjangkau oleh sebaran makanan exudates yang dikeluarkan oleh tanaman yang hidup tersebut. Diantara microba tertentu yang menggerombol di zona perakaran ini, juga membantu mengikat nitrogen dari udara – yang kemudian mengakselerasi tumbuhnya tanaman oleh supply nitrogen yang lebih banyak.

Begitu seterusnya pertumbuhan microflora juga terakselerasi dengan exudates yang lebih deras lagi alirannya ketika tanaman cepat membesar. Kehadiran microflora yang semakin bertambah banyak, mengundang hadirnya kehidupan yang lebih besar dari berbagai jenis nematoda, anthropoda , cacing dlsb.

Kehidupan bawah tanah yang semakin lengkap ini membentuk apa yang disebut Soil Food Web, yang kecil menjadi makanan dari yang besar , dan yang besar ketika mati kembali menjadi makanan bagi yang kecil dst.

Dalam proses saling memakan inilah terjadi perburuan hebat di dalam tanah. Ketika cacing bergerak kesana kemari di dalam tanah misalnya, dia bukan sekedar jalan –jalan seperti manusia yang sering bergerak tanpa tujuan, gerakan cacing didorong oleh dua hal – yaitu dia sedang mengejar makananannya, atau dia sedang berlari menghindari pemangsanya.

Akibat pergerakan cacing dan perbagai binatang kecil lainnya di dalam tanah tersebutlah – tanah menjadi bergerak dan hidup atau ihtazzat. Struktur tanah juga menjadi gembur, banyak berlubang disana-sini sehingga tanah mengembang menjadi subur atau warabat.

Keberadaan sejumlah microflora didalam tanah juga menghadirkan sejumlah fungsi, selain memfiksasi oksigen, mereka juga berbagi tugas untuk mengurai atau men-decompose nutrisi tanaman, memproduksi antibiotic, asam amino, vitamin, hormones, gula dlsb.  Semua ini dibutuhkan untuk menumbuhkan tanaman yang sehat – inilah yang disebut  wa-anbatat.

Jadi tanaman tidak bisa hanya diberi makanan yang cukup, seperti manusia juga – kita tidak bisa tinggal di dalam sel tahanan meskipun diberi makan cukup. Kita butuh lingkungan yang hidup dengan berbagai aktivitasnya – untuk bisa merasakan hidup yang sesungguhnya.

Untuk bisa tanaman hidup yang sehat secara sesungguhnya, selain makanan dia membutuhkan bumi yang hidup (ihtazzat) tadi – dan di bumi yang hidup tanahnya selalu bergerak mengembang (warabat) oleh cacing dan berbagai binatang kecil yang berlarian berkejaran satu sama lain. Bumi yang seperti inilah yang kemudian bisa menghidupkan tanaman secara indah atau sempurna (wa-anbatat).

Dari sini kita bisa menyimpulkan sendiri, bila selama ini kita bertani hanya dengan mengandalkan satu element saja yaitu nutrisi – bisa kah kita bercocok tanam yang baik  yang menghidupkan bumi itu ?

Bagaimanapula bila nutrisi yang kita tambahkan tersebut adalah zat kimia, yang membunuh microflora, cacing, antropoda dlsb. jadi seperti apa bumi ini ? Bumi akan menjadi mati karena tidak ada kehidupan di dalam tanahnya. Itulah sebabnya banyak tanah pertanian kita yang mengeras seperti roti bantat, yang kalau toh masih menghasilkan produksi pertanian – itupun dengan susah payah dan hasil yang tidak seberapa.

 

Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)

Ihtazzat warbat wanbatat

(Visited 443 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *