Ditengah rendahnya minat generasi muda untuk bertani, bahkan sangat sedikit sarjana pertanian yang akhirnya bener-bener menekuni bidang pertanian – negeri ini  menghadapi ancaman lost generation di bidang pertanian. Ketika begitu banyak industri di negara maju akan beralih ke bio-based industry atau dalam skala lebih besar disebut bioeconomy, generasi muda kita justru meninggalkannya. Maka kita harus pintar-pintar merekrut generasi muda terbaik untuk kembali menekuni pertanian, kita harus merayu mereka untuk menjadi Next-G Farmers.
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk ini, berikut diantaranya :
Pertama membuat berbagai kampanye tentang pentingnya kembali menguasai pertanian ini, sehingga akan terbuka wawasan generasi muda akan berbagai peluang yang ada di dunia pertanian. Begitu banyak tulisan di situs ini mengulas tentang pertanian – adalah juga salah satu bentuk kampanye tersebut.
Dalam waktu dekat insyaAllah kami akan me-rilis serangkaian video creative untuk menguatkan kampanye-kampanye tersebut. Bahkan startup baru siap kami luncurkan khusus untuk menggarap video-video kreatif ini – agar kita memiliki internal resources yang sangat kuat untuk mendukung kampanye jangka panjang ini.
Kedua memberikan pelatihan, pembinaan dan pendampingan gratis bagi yang tertarik untuk secara serius ingin menekuni bidang pertanian ini. Pesantren Al-Filaha program tiga bulan mondok gratis di tempat kami Jonggol Farm adalah salah satu bentuknya.
Ketiga memberikan solusi-solusi yang dibutuhkan oleh petani baru, agar mereka tidak give-up di tengah jalan. Inti persoalan pertanian itu ada tiga yaitu pasar, skills dan modal. Bila kita punya solusi untuk ketiganya, maka insyaAllah perjalanan petani baru akan smooth.
Keempat menghadirkan jenis-jenis pekerjaan pertanian yang sesuai jamannya, sekarang jaman teknologi – maka bisa kita gunakan berbagai teknologi yang aplikatif untuk menarik generasi muda cerdas penguasa teknologi untuk terjun ke bidang pertanian ini. Teknologi seperti yang dimiliki iGrow misalnya, menarik anak-anak muda IT untuk bergabung di dalamnya.
Kelima menghadirkan wawasan global pada dunia pertanian, kita akan bisa melihat betapa menariknya negeri ini dari sisi potensi bila kita lihat dengan helicopter view – secara global. Kitalah salah satunya yang memiliki biodiversifikasi terbesar di dunia, memiliki jenis kacang-kacangan terbanyak, variasi buah terbanyak, menguasi 2/3 sumber minyak atsiri dunia dlsb. Kebangetan bila kita sampai tidak bisa unggul dengan resources yang ada di sekitar kita tersebut.
Keenam memberikan advokasi kepentingan petani karena mereka sering menjadi pihak yang paling lemah dalam berhadapan dengan kebijakan pemerintah, berhadapan dengan tengkulak, akses pasar dlsb. Mereka tidak berdaya bila tanpa ada gerakan yang meng-advokasinya.
Ketujuh memberi visi yang lebih mulia dari sekedar mencari makan atau memperoleh keuntungan duniawi semata. Bertani adalah salah satu perwujudan dari respons manusia terhadap perintah memakmurkan bumi dan menjaga keseimbangan di alam. Bila kita gagal dalam pertanian, gagallah misi kalifah di muka bumi itu.
Meskipun terlahir sebagai anak petani yang berkesempatan menempuh pendidikan di perguruan tinggi pertanian, optimism saya terhadap dunia pertanian belum pernah setinggi saat ini. Ya antara lain adalah karena tujuh hal tersebut satu demi satu berhasil kami bangun dan perkuat di sekitar kita.
Alhamdulillah kami berhasil merekrut para sarjana S1 sampai S3, dari perbagai jurusan di perbagai perguruan tinggi terbaik untuk bergabung di dunia pertanian –  bidang yang bahkan oleh sebagian sarjana pertanian sendiri ditinggalkan ini.
Maka diantara team inti kami kini ada yang S2-nya di bidang Banking & Capital Market Finance, ada yang S2 – Electro , ada S2- Kimia , Ada S2 – Sistem dan Teknik Transportasi, dan bahkan ada yang PhD di bidang bioteknologi. Maka pendekatan dunia pertanian bisa menjadi sangat menarik ketika berbagai bidang ilmu mereka ini kita integrasikan.
Ada pula sarjana-sarjana ilmu computer dari UI dan Gajah Mada yang meskipun saat ini bekerja dari kantor sementara kita di Silicon Valley, tetapi yang diurusi tetap tanaman pisang di Blitar, kacang tanah di Bali dlsb. Mereka  juga siap mengelola pertanian zaitun di Italy, organic farming di Amerika latin dan perbagai eksposur pertanian di manca negara lainnya.
Maka sesungguhnya para petani generasi berikutnya ini telah mulai terlahir di negeri ini, generasi yang saya sebut Next-G Farmers. Generasi inilah yang akan menghadirkan ‘wajah-wajah’ baru di dunia pertanian kita, wajah-wajah Happy Farmers ! InsyaAllah.
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)