Ayat tentang ‘telah nampak kerusakan di darat dan di laut  disebabkan karena perbuatan tangan manusia…’(QS 30:41), menjadi lebih mudah kita pahami saat ini karena bukti-buktinya yang sudah sangat banyak. Salah satunya adalah apa yang disebut ecocide yaitu kerusakan atau kehancuran ecosystem yang dasyat, meliputi areal-areal yang sangat luas sedemikian rupa sehingga kehidupan  di areal tersebut menjadi terganggu. Lantas bagaimana memperbaikinya ? insyaAllah kita semua bisa berperan bila kita peduli.
Selain mengungkapkan masalahnya, Al-Qur’an juga memberikan solusinya dalam tiga ayat yang terangkai ini :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).†(QS 30:41)
 “Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”â€. (QS 30:42)
“Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah.†(QS 30:43)
Dinampakkan kerusakan itu ke kita, bahkan kalau belum nampak juga kita disuruh melakukan perjalanan di muka bumi – untuk melihat apa yang telah terjadi. Kita juga diberitahu bahwa yang melakukan kerusakan itu  kebanyakan adalah orang-orang musrik, orang yang mensekutukan Allah dengan yang lain, dengan tuhan selain Allah, dengan kepentingan ekonomi, politik dlsb.
Perjalanan di muka bumi yang diperintahkan tersebut dijaman ini menjadi sangat mudah karena kita bisa menggunakan Google earth untuk menyaksikan langsung kerusakan-kerusakan tersebut. Bahkan sudah ada yang mengkompilasi daerah-daerah kerusakan dasyat di muka bumi ini, peta berikut adalah titik-titik dimana diduga telah terjadi ecocide di seluruh dunia.
Suspected Ecocide Areas
Di Indonesia utamanya terjadi di Jawa, Sumatra dan Kalimantan, diantaranya  yang masih segar diingatan kita adalah bencana asap yang meliputi areal 6 provinsi selama berbulan-bulan – yang bahkan oleh para journalist asing disebutnya sebagai ‘crime against humanity’ – saking besarnya kerusakan yang ditimbulkannya.
By the way – apa kabar dengan musibah asap ini ? apakah kita telah melupakannya ? apakah kita berhasil memadamkan kebakarannya kemarin ketika terjadi ? Karena masalah utama penyebab kebakarannya tidak teratasi – sekarangpun mungkin sudah dilupakan – maka apa yang akan terjadi di musim kemarau yang akan datang ?
Rangkaian ayat-ayat tersebut sangat gamblang sebenarnya. Kerusakannya jelas, solusinya-pun jelas. Yaitu dibutuhkan orang-orang beriman dengan agama yang lurus ini, agama yang didalamnya dibekali jawaban untuk segala persoalan (QS 16:89) – yang akan cukup untuk mengelola dan memakmurkan bumi hingga akhir jaman.
Sebagai contoh, dunia di luar sana sibuk mencari solusi untuk mengatasi berbagai bentuk ecocide ini – salah satunya adalah dengan apa yang disebut regenerative farming atau regenerative agriculture. Yaitu system pertanian yang dari waktu-kewaktu memperbaiki kesehatan/kesuburan lahan.
Dalam regenerative farming diterapkan zero tolerance untuk pupuk dan obat-obatan kimia – artinya tidak boleh sama sekali. Regenerative farming juga menekankan semaksimal mungkin organic materials di dalam tanah, pengolahan tanah yang minimal atau minimum tillage, biodiversity, penggunaan kompos, mulsa, rotasi tanaman, penggunaan cover crop, pupuk dari kotoran ternak pemakan rumput dlsb.
Semua yang dicari dengan susah payah oleh para penggerak regenerative farming tersebut ada di Al-Qur’an dan bahkan sudah diterapkan di dunia Islam selama berabad-abad, seperti yang kemudian didokumentasikan oleh Ibn Awwam dalam kita Al-Filaha (6 H atau 12 M).
Lantas mengapa kerusakan alam yang begitu dasyat juga terjadi di negeri yang penduduknya muslim seperti kita ? Pertama ya karena muslim yang mayoritas ini minoritas dalam penguasaan lahan. Bahkan saya lihat lima besar perusahaan sawit dunia – meskipun lahannya di Indonesia – mereka terdaftarnya sebagai perusahaan Singapore atau Malaysia !
Kedua adalah muslim yang menguasai lahan-pun kebanyakannya belum mengelola lahannya mengikuti petunjuk yang ada di Al-Qur’an. Bahkan belum banyak yang tahu kalau ada petunjuk yang begitu detil tentang bagaimana bertani itu menurut tuntunan agama ini.
Sebagai agama yang lengkap mengatur seluruh aspek kehidupan, dari bangun tidur sampai kita tidur kembali ada tuntunannya dan bahkan ada contoh do’anya masing-masing, maka pasti untuk urusan yang sangat besar – memberi makan kepada seluruh penduduk bumi dan menjaga keseimbangan di alam – yang semua diperintahkan ke kita, tentu juga ada petunjuk detilnya.
Ketika kita diam membiarkan kelaparan terjadi di sekitar kita, diam kita adalah dusta. Ketika kita diam melihat begitu banyak kerusakan yang dinampakkan oleh Allah di darat dan di laut, maka diam kita adalah pembiaran atas kerusakan itu – padahal perintah ke kitanya adalah melakukan perbaikan semampu yang kita bisa dan lebih dari itu kita juga diperintahkan untuk memakmurkan bumi.
Lantas orang-orang awam, orang-orang kecil seperti kita – apa yang bisa kita perbuat ? bila sendirian mungkin tidak banyak yang bisa kita lakukan. Tetapi bila kita berjamaah dan bersyirkah, maka insyaAllah akan bisa berbuat secara lebih meaningful.
Sebagai contoh, setelah survey keliling Jawa – kami menemukan daerah yang sangat menarik untuk bisa menjadi ‘latihan’ kita untuk memakmurkan bumi dengan Islamic Agriculture menurut istilah kita, atau Regenerative Agriculture menurut istilah mereka.
Daerah yang luasnya bisa mencapai ribuan hektar ini tentu tidak terbeli oleh kita bila sendiri-sendiri, tetapi bila bersama-sama dalam syirkah insyaallah kita bisa – itulah sebabnya kita diperintahkan untuk bersyirkah dalam tiga hal yaitu dalam hal lahan, air dan api (energi).
Apa yang terjadi bila kita tidak melakukan hal ini ? yang terjadi adalah yang terjadi selama ini – lahan-lahan yang teramat luas dikuasai oleh orang-orang yang disebutkan di ayat 30:42 tersebut di atas. Karena tidak akan ada upaya mereka untuk kembali ke jalanNya yang lurus, kerusakan yang dasyat yang disebut ecocide ini akan terus terjadi.
InsyaAllah kita bisa menghentikannya bila kita peduli, bukan hanya menghentikan ecocide, insyaAllah kita juga bisa memakmurkan kembali bumi ini. Kuncinya hanya kita harus berusaha ‘semampu kita’, dan pengertian ‘semampu kita’ ini menurut kyai saya adalah seperti kita berlari sekuat tenaga sampai pingsan – itulah batas kemampuan kita !
Oleh: Muhaimin Iqbal (iGrow Co-Founder)